Selasa, 19 September 2023

Having fun at Small World Purwokerto

Actually, moment ini sudah lama ya, tapi penulis mau share cerita di sini. Moment kehangatan bersama keluarga kecilku saat tahun lalu ke Purwokerto. Kota kecil di daerah Banyumas ini selalu memberikan kesan tersendiri bagiku, makanan khasnya seperti soto Sokaraja dengan kuah kentalnya. Orangnya yang ramah-ramah dengan bahasa ngapaknya, dan moment naik kereta bersama kedua putriku.

Purwokerto merupakan tempat kerja suami di sana, sedangkan aku dan kedua putriku stay di Jogja, yaa kita memang pasangan pejuang LDM dari awal merried, but it's okay alhamdulillah we can get through it ^ ^. Jika ada kesempatan libur panjang menyempatkan diri bersama keluarga untuk tinggal di sini, sekedar mengunjungi teman-teman yang tinggal di kota ini, dan jalan-jalan ke beberapa tempat. Dalam kesempatan ini kita main ke Small World Purwokerto.

with my lovely daughter

Iklim di daerah ini terkenal sejuk, karena berada di bawah lereng gunung Slamet, jadi sangat nyaman sekali tidak mudah bikin gerah. Kabut gunung pun sering melintas di daerah ini, pas kita hunting foto di sini pun sering kali kabut menghampiri, but this is so fun.

Mahreen & Zea

in Paris with love

Neatherland we are coming

foto sama bapaknya enggak boleh ketinggalan

Nah demikian tadi sekilas foto-foto keseruan kita di Small Word Purwokerto, bagi yang lagi singgah di kota ini bisa menyempatkan diri untuk masuk have fun ke sini. Selamat bereksplore ke tempat-tempat yang indah, semoga bahagia dan sehat selalu yaa.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Salam kenal semua.. Thanks dah berkunjung! Di sini ada sedikit informasi dan cerita petualangan yang mungkin bermanfaat, jangan lupa untuk meninggalkan komentar ya.. :)

Senin, 10 April 2023

Hey I come back !!

Hello apa kabar semuanya, rasa-rasanya sudah lama sekali aku enggak menulis dan posting di blog ini. Ternyata kangen juga kembali ngetik dan menuliskan sesuatu di blog ini. Hampir kurang lebih delapan tahun lamanya, it's to long.

Ternyata menulis itu bisa jadi memorable, kenangan peristiwa yang enggak terlupakan, dan tentunya kita bisa share ke yang lain yang semoga bisa bermanfaat. Tulisan yang bisa menjadi mimpi dan harapan penulis waktu itu, but sekarang semua udah to be a reality ya gaes. Dulu blog ini penuh cerita tentang petualangan penulis mengunjungi berbagai daerah di penjuru Nusantara, yeah tells from the road, dan sekarang sudah jadi working mom dan alhamdulillah udah punya 2 anak putri yang cantik-cantik dan sholihah...aamiin ya Robbal'alamin 👐.

Aku bersyukur dengan pencapaianku selama ini, alhamdulillah terimakasih ya Rabb. Aku bisa menjadi pengajar, dan sesuai dengan cita-citaku dulu menjadi seorang guru. Hidup memang bagian dari perjuangan yang enggak pernah ada habisnya. Kita bisa melewati tiap-tiap ujian yang datang, dan kita selalu percaya bahwa itu adalah bagian dari Allah sayang sama kita. Kita sama-sama berjuang untuk menjadi versi terbaik dalam hidup kita, agar kita bisa hidup bermanfaat untuk orang lain.

Aku dan kedua putriku 💗

Setelah SM3T di Kabupaten Malinau (2013-2014), kemudian aku PPG SM3T di UNY (2015-2016), kemudian aku tidak melanjutkan ke program berikutnya yaitu GGD (Guru Garis Depan), aku memutuskan untuk menjadi pengajar honor di SMA N 1 Dlingo (2016-2019), kemudian aku pindah ke SMA N 1 Pundong (2019-2022), dan sekarang aku menjadi pengajar di SMA N 1 Imogiri (2022-sekarang). Dari tahun ke tahun banyak sekali moment yang kita lewati, karena rasanya sudah lama tidak menulis jadi banyak yang terlewatkan, mungkin karena adanya smartphone jadi semua moment sudah terdokumentasikan oleh foto dan video yang tersimpan.

Saat ini terlintas untuk menumbuhkan kembali tulisan-tulisan yang sempat terhenti, karena menulis itu sangat menyenangkan. Seperti kata Ali bin Abi Thalib, ilmu itu diikat dengan tulisan, dari tulisan kita bisa flash back cerita moment berkesan yang pernah kita lewati.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Outdoor Study of Geography SMA N I Yogyakarta to PLTH Bayu Baru (Angin - Panel Surya) dan Biogas

Rabu, 9 September 2015 saatnya mengadakan pembelajaran di lapangan. Kebetulan kita berkesempatan melaksanakan PPL PPG SM3T di SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta. Banyak sekali moment pengalaman yang kita dapatkan. Dari Menghadapi beberapa pertanyaan cemerlang siswa, sampai mengikuti kegiatan aksi yang dilakukan anak-anak Jayamahe. Mereka begitu aktif, kreatif dan curiousity
Metode scientific learning mudah sekali diterapkan di sekolah ini. Kualitas akademis mereka sangat mendukung. Ibu Damar Widiyani, S.Pd sebagai guru geografi di sekolah ini, selalu mengajak anak-anak untuk studi lapangan. Kita menganggap bahwa pembelajaran di luar kelas bagi mata pelajaran geografi begitu menyenangkan. Justru pembelajaran seperti ini yang membekas pada ingatan siswa. Siswa dapat belajar secara langsung, dan menemui secara fakta kondisi di lapangan.
Outdoor Study to PLTH Bayu Baru (Angin-Panel Surya)
Outdoor study sudah kita rancang, dari observasi, surat izin berkunjung, hingga menyiapkan, lembar kerja siswa untuk mereka kerjakan secara berkelompok. Ada 2 kelas yang mengikuti, XI IPS dan XI IPA 5. Karena outdoor study ini bersifat swadaya dan tidak memperoleh dana dari sekolah, jadi semua ditanggung biaya sendiri. Sekolah hanya menyediakan 1 mobil elv yang berisi 13-14 orang. Selebihnya menggunakan sepeda motor secara pribadi. Yang penting sampai di tempat tujuan dengan selamat. 
Jam 8.30 start berangkat menuju kantor workshop PLTH Bayu Baru yang beralamat di Srandakan, Bantul. Setelah satu jam perjalanan tibalah kita dan rombongan di kantor worksop. Kita disambut oleh pengelola dan beberapa siswa SMK yang sedang PKL di tempat tersebut. Kemudian kita diberikan materi pesentrasi terkait dengan sistem dan kinerja PLTH Bayu Baru. Presentasi ini membuat siswa tertarik dengan pengembangan energi alternatif yang sudah mulai dikembangkan di Indonesia.
presentasi dari pengelola PLTH Bayu Baru
Tentu saja timbul berbagai pertanyaan yang cemerlang dari siswa. Antusiasme pengetahuan mereka cukup luar biasa. Siswa IPA rata-rata tertarik pada teknik sistem kerja dari PLTH, dan siswa IPS tertarik pada kemanfaatan keberadaan PLTH bagi masyarakat.
pembuatan baling-baling
Setelah mendengar ulasan dari pengelola PLTH, saatnya menuju pantai Baru Pandansimo. Nah, disini siswa benar-benar lebih bersemangat lagi menuju lokasi PLTH. Dari jauh sudah terlihat beberapa kincir angin yang berderet. Terlihat mirip seperti Belanda, tapi masih dalam skala kecil. Suara berputarnya kincir memang terdengar, dan angin laut di sini bertiup sangat kencang. Untuk itu memang lokasi pantai ini sangat cocok untuk dikembangkan PLTH.
lokasi kincir angin PLTH Bayu Baru
Pengembangan energi alternatif memang sangat penting, siswa perlu dikenalkan potensi geografis Indonesia yang dapat dijadikan sebagai power. Kita tahu bahwa energi fosil (minyak bumi, gas alam dan batu bara) suatu saat akan habis. Saatnya untuk mengembangkan sumber energi alternatif.
Dari bagian teknik pengelola kita dijelaskan mengenai mekanisme cara kerja diperolehnya energi sampai hasil akhirnya diperoleh energi listrik. Pada PLTH ini energi angin dan energi dari panel surya digabungkan kemudian hasil output-nya berupa listrikyang disalurkan ke warga yang tinggal sekitar pantai Baru. Dimanfaatkan untuk irigasi, penerangan lampu bagi warung di pinggir pantai, dan pembuatan es balok bagi nelayan. Sangat bermanfaat memang.
Biogas
Kemudian kita lanjut ke biogas, di sekitar PLTH terdapat peternakan sapi warga. Dari kotoran sapi yang dihasilkan kemudian dikumpulkan dan disalurkan ke pipa yang nantinya di diamkan dan diubah menjadi gas. Gas ini bisa dimanfaatkan oleh warga untuk memasak. Keberadaan biogas ini juga dijadikan sebagai penelitian mahasiswa yang akan mengembangkan energi biogas selain untuk listrik dan memasak.
pemanfaatan biogas untuk memasak
Sudah sekitar 3 jam kita belajar mengambil informasi pengetahuan yang disampaikan. Benar-benar menyenangkan belajar di lapangan. Apalagi bersama anak-anak Teladan yang bersemangat luar biasa. Sampai bertemu di outdoor study berikutnya. (Amin Fitriyah*)

Rabu, 30 September 2015

Sanddune Barchan Gumuk Pasir Parangtritis

Setelah sekian lama, jarang sekali aku posting blog. Kemana saja aku selama ini? Saat masih menjadi mahasiswa yang idealis, dan punya partner jalan-jalan, pernah liar bermimpi ingin sekali menjadi seorang *travel writer. Mungkin sekarang sudah kebentur dengan berbagai macam realita keadaan. 
Ingin sekali rasanya mengembalikan ruh motivasi mennulisku selama ini, jadi ingat kata-kata "Mulailah menulis, tidak peduli apa, air tidak mengalir sampai keran dihidupkan. (Louis L'Amar)

Minggu, 6 September 2015 setelah menjalani aktivitas sebagai mahasiswa PPG SM3T, rasanya penat juga dengan segala macam rutinitas yang ada. Butuh refreshing sejenak. Memang sudah lama sekali juga aku enggak jalan-jalan. Entah hanya untuk explore kulonprogo ataupun ke tempat wisata yang lagi hits di media sosial. Feelnya sudah gak seperti dulu lagi, entah mood apa yang sedang aku alami.
gumuk pasir Parangtritis
Kebetulan saat di rumah, mb Watie ngajakin berangkat kondangan di tempat temen. Setelah kondangan, kita langsung cuss ke destinasi tempat yang membuatku merasa spesial. Tidak tahu kenapa gurun pasir Parangtritis selalu membuat hatiku berdesir. Aku suka bentukan sanddune gumuk pasir barchan. Mungkin saat berada di site ini, aku merasa seperti berada di belahan dunia negara lain. Pernah terobsesi suatu saat ingin sekali ke lembah Mediterania. Ingin sekali ke Turki, hehe.
let's to hijrah
Akumulasi bentukan morfologi yang ada, yaitu hamparan gumuk pasir, di sebelah selatan samudera hindia, dan dari sisi sebelah timur dengan background escarpment bukit karst yang kokoh. Alam memang selalu menunjukkan keindahannya. Kajian geografis memang sangat menyenangkan saat kita pelajari langsung di alam. Gumuk pasir ini merupakan gurun tropis, pemerintah sudah menetapkan sebagai geopark herritage. Perlu diketahui bahwa gumuk pasir Parangtritis ini hanya ada satu di bagian Asia Tenggara. Jadi sebagai manusia yang beriman kita wajib menjaga keberlangsungannya. Menjaga gumuk pasir ini tetap terjaga dengan keberadaannya.

Selasa, 17 Maret 2015

Uma *Rumah Panjang Suku Dayak Kenyah Desa Setulang Malinau

Rabu, 2-07-2014 rencana jalan-jalan kali ini adalah menuju Uma *rumah panjang suku Dayak. Lokasi rumah panjang ini dekat dengan mes, sehingga hanya perlu jalan sebentar menuju tempat ini. Kali ini kita jalan-jalan jam 10.00 siang agar pencahayaan hasil foto lebih bagus dari kemarin. Rumah panjang ini terlihat panjang dan besar sesuai dengan namanya. Terdiri dari beberapa kamar, yang sebenarnya fungsinya adalah sebagai tempat menginap para wisatawan yang berkunjung di desa Setulang ini.
Uma *rumah panjang suku Dayak Kenyah Setulang Malinau
Namun jika dilihat lebih kedalam, rumah panjang ini agak kurang terawat di setiap kamarnya. Zaman dulu, suku Dayak masyarakatnya tinggal bersama-sama di rumah panjang seperti ini. Namun sekarang semua sudah tinggal di rumah masing-masing, dan rumah panjang ini dilestarikan keberadaannya untuk pengembangan wisata desa Setulang. Rumah panjang ini juga penuh dengan ornament-ornament lukisan khas Dayak, jadi kita bisa foto dari berbagai sisi.
Ukiran kayu suku Dayak Kenyah desa Setulang
Hunting foto pada siang hari tentunya lebih menghasilkan gambar foto yang bagus, karena efek pencahayaan matahari yang cerah dan sangat mendukung. Berharap pada waktu itu, seandainya kita dapat mengabadikan dengan kamera DSLR, namun tidak menjadi masalah dengan kamera digital yang selalu menemani di setiap perjalananku setidaknya dapat mendokumentasikan di setiap moment perjalananku yang selalu berbeda.
pesona alam dan budaya desa wisata Setulang Malinau
Setelah puas menikmati keunikan rumah panjang kemudian kita akan menuju balai adat untuk mengunjungi stand warung Bu Aya yang menjual manik-manik khas Dayak. Bu Aya adalah wanita single parent yang kreatif, dia membuat berbagai manik-manik dari kalung, gantungan kunci, taplak meja, dan berbagai anyaman rajutan dari benang wol. Harga manik-manik disini agak lumayan mahal juga, untuk itu sebagai oleh-oleh nanti aku membeli beberapa kalung dan gantungan kunci khas Dayak ini.
di Balai Adat desa Setulang 
Bu Aya selalu menjaga stand warung ini sambil  mengasuh cucu pertamanya yang masih berusia 4 bulan. Waktu itu dia menggendong cucunya itu untuk mengambil jenang untuk makan siang. Cucunya itu bernama *Christian, lantas dengan melihat gendongan suku Dayak Kenyah yang unik kemudian aku ingin sekali mencoba untuk menggendongnya.
Christian *jagoan kecil suku Dayak Kenyah
Dengan senang hati Bu Aya mengizinkanku untuk menggendong Christian dan berfoto bersama di depan Balai adat desa Setulang ini. Aku beruntung sekali bisa berfoto dengan jagoan kecil suku Dayak ini dengan backgrond balai Adat yang sangat bagus.
I like this picture so much :-*
Aku bersyukur sekali ketika menggendong Christian, dia tidak menangis malah justru dia mau melihat di setiap lensa kamera yang sedang menggambil gambarnya. Alhasil walaupun dengan menggunakan kamera HP smartphone milik Dwi Indar, tetap menghasilkan efek gambar foto yang bagus, alhamdulillah.
ukiran kayu khas Dayak Kenyah
Perjalananku kali ini dalam mengelilingi desa Setulang menjadi moment jalan-jalanku yang berbeda. Tentunya berkat ramahnya suku Dayak Kenyah di sini seperti Bu Aya, yang mengizinkan dengan senang hati foto dengan cucu pertamanya yang baru berusia 4 bulan. Semua ini akan menjadi kenangan dan menjadi bagian dari proses perjalanan hidupku selama aku mengabdi mengajar di bagian daerah Kabupaten Malinau ini.
Saat perjalanan menyusuri sungai ke hulu Setulang
Aku akan terus melangkah, melanjutkan perjalanan-perjalanan hidupku, dan menuliskan di setiap moment yang berbeda. Semua ini akan menjadi bagian dari proses perjalanan hidup seorang Amin Fitriyah, yang selalu berusaha untuk berani bermimpi dan memberi nyawa pada mimpi-mimpi itu. Berharap aku bisa menjadi travel writer dan menghasilkan buku perjalanan seorang Amin Fitriyah.

Senin, 16 Maret 2015

Mengunjungi Desa Wisata Setulang Malinau Selatan Hilir Kabupaten Malinau

Senin, 30-06-2014 kebetulan ini adalah hari ke-2 puasa Ramadhan, setelah berlibur untuk beberapa hari di kota, akhirnya aku memutuskan untuk ikut temanku (*Dwi Indaryanti) ke Setulang. Sudah sekian lama aku ingin mengunjungi icon desa wisatanya kabupaten Malinau ini. Untuk perjalanan menuju desa Setulang ini kita harus naik taksi yaitu mobil bak terbuka yang belakangnya ada kursi panjangnya, nah itu yang dinamakan taksi disini, jangan harap taksi di sini sama dengan mobil-mobil sedan seperti di jawa. Perjalanan dari kota Malinau ke Setulang ini kurang lebih ditempuh selama 1 jam perjalanan, namun karena taksi sering singgah untuk menjemput penumpang di suatu tempat, perjalanan bisa ditempuh lebih dari 1 jam. Tarif harga naik taksi Rp 30.000 itu sudah merupakan harga standar di sini. Selain itu untuk naik taksi ke tempat ini kita harus sedia masker atau slayer karena separuh perjalanan jalan belum beraspal dan sangat berdebu. Akhirnya setelah melewati berbagai medan jalan sampailah kita di mes SMP N 1 Malinau Selatan yaitu tempat tinggal Dwi Indaryanti temanku di sini.
*Selamat datang di desa Setulang
Selasa, 1-07-2014 merupakan hari ke-3 puasa Ramadhan, sama seperti di tempatku Long Berang, di Setulang juga tidak ada mushola atau masjid, karena mayoritas masyarakat di sini adalah Suku  Kenyah Ma’ Lung yang semuanya beragama Kristen. Tentunya yang beragama muslim hanya kami pengajar SM3T, untuk itu pada malam bulan Ramadhan ini kita sholat Tarawih, dan tadarus Al quran sendiri setiap malamnya. Benar-benar moment Ramadhan yang berbeda, yang aku alami di sini. Begitu pula untuk bangun saur, selain itu jam sholat fardhu tidak pernah kita dengar suara adzan dari masjid, namun kita sudah punya jadwal imsakiyah bulan Ramadhan sebagai patokan itu semua.

Sore ini saya berencana untuk mengelilingi desa Setulang, karena mes Dwi Indar terpisah dengan kampung jadi kita harus berjalan menuruni bukit untuk sampai di gapura selamat datang desa Setulang. Memang bentuk-bentuk ukiran seni suku Dayak Kenyah sangat bagus di tempat ini, karena pada saat ini desa Setulang baru dikembangkan sebagai desa wisata. Lebih mencengangkan lagi setelah tau kalau pengembangan desa menjadi desa wisata ini dulu studi bandingnya mencontoh desa di Kecamatan Imogiri Yogyakarta, hehe. Perlu diketahui bahwa kecamatan Imogiri Yogyakarta adalah tempat yang dekat dengan tanah kelahiran saya, yaitu kecamatan Pundong Yogyakarta.
ukiran kayu Dayak Kenyah gapura desa wisata Setulang
Selama perjalanan kita sering berjumpa dengan ibu-ibu yang pulang dari ladang, mereka semua berjalan kaki dengan memanggul hasil panen berladangnya berupa buah dan sayuran. Jalan-jalan kali ini kita ditemani Ila & Meida mereka berdua adalah gadis Dayak Kenyah yang sangat menyenangkan, lumayan juga ada yang bantu kita mengambil foto dan bercanda selama perjalanan.
Anike *gadis penari adat desa Setulang Malinau
Selain itu kita juga berjumpa dengan *bunga desa Setulang yaitu Anike, dia adalah gadis Dayak Kenyah yang pintar menari hingga ke berbagai propinsi di Indonesia. Anike ini juga sering tampil di berbagai majalah lokal di kabupaten Malinau. Berharap semoga kelak dia akan mendapatkan beasiswa untuk mendapatkan jenjang sekolah yang lebih tinggi atas bakat-bakat dan presatasinya itu.

Setelah melewati perkampungan, Ila menuju ke suatu rumah dan memfoto nenek yang memiliki telinga panjang dan bertato (suku asli Dayak Kenyah), kemudian aku bilang ke Ila untuk minta izin dengan nenek itu untuk berfoto bersama, lantas dia berbicara bahasa daerah. Alhamdulillah dengan bantuan Ila, kita bisa berfoto dengan nenek Usun. Nenek Usun ini adalah salah satu orang Dayak Kenyah yang memiliki telinga panjang dan bertato di kedua tangannya, dimana tradisi ini sudah banyak ditinggalkan oleh gadis-gadis suku Dayak Kenyah. Sehingga hanya tinggal beberapa nenek tua saja yang memiliki telinga panjang dan tangan bertato ini. Jadi merupakan moment yang luar biasa bisa berfoto dengan nenek Usun ini.
Nenek Usun, wanita Suku Dayak Kenyah desa Setulang
Kemudian kita menuju Balai Adat desa Setulang, dari jauh balai ini terlihat sangat menawan dengan ukiran batik khas dayaknya. Ditambah akumulasi warna lapangan sepak bola dengan rumput hijaunya yang bagus nan menawan. Kebetulan waktu itu lapangan belum terlalu banyak yang main bola, jadi bisa mengabadikan foto di tempat itu.
*Uma biasa disebut rumah panjang atau rumah adat suku Dayak Kenyah
Setelah itu kita lanjut menuju balai adat desa Setulang, tampak dari depan balai adat ini sangat bagus dengan gapura kayu didepannya. Pintunya juga terdapat lukisan orang laki-laki dan perempuan. Pokoknya di setiap sisi balai adat ini penuh dengan lukisan-lukisan khas Dayak. Jadi jika foto dari berbagai sisi yang tampak adalah ornament khas Dayak semua, yang tentunya sangat bagus untuk didokumentasikan.
rumah adat desa Setulang tampak dari depan
Ila adalah gadis berusia 12 tahun, dia akan masuk SMP tahun ajaran ini, sedangkan Meida adalah gadis Dayak yang baru mau naik kelas 6 SD. Mereka semua sangat menyenangkan selama mengantar dan menemani kami jalan-jalan mengelilingi desa Setulang ini. Kita foto bersama secara bergantian, dan bercanda selama perjalanan.

Jam sudah menunjukkan pukul 17.10, cahaya sore sudah tidak mendukung kita untuk mengambil gambar, efek pencahayaan foto agak kurang bagus hasilnya, untuk itu kita memutuskan untuk kembali pulang menuju mes. Kita mengambil jalan berbeda dari jalan berangkat tadi, kita memilih jalan pintas agar cepat sampai ke mes. Setelah melewati gereja kita menjumpai rumah-rumah panggung kecil, kemudian itu merupakan lumbung padi milik suku Dayak Kenyah. Ada beberapa lumbung padi ini, lumayan banyak juga dan semua tertata bersih walaupun penataannya agak kurang rapi. Pada saat melewati lumbung padi ini, terlintas ingatanku di saat perjalananku mengunjungi suku Baduy Dalam di Banten beberapa tahun yang lalu, dimana bentuk lumbung padi ini hampir mirip.
Lumbung hasil ladang suku Dayak Kenyah desa Setulang
Setelah kembali ke mes sudah jam 17.30 padahal kita belum masak sayur untuk berbuka, kemudian kita segera berbegas untuk memasak menyiapkan buka untuk sore itu. Menu kita waktu itu adalah sayur lodeh, telur goreng, tahu goreng dan pop ice cokelat, Ila & Meida ikut menemani kami berbuka sore itu. Benar-benar moment berbuka yang luar biasa setelah hunting foto bersama mereka.

Minggu, 15 Maret 2015

Ikan Pari Manta dan Pelepasan Tukik di Pulau Sangalaki

Selasa 31-12-2013 jam 14.30 tibalah kita di pulau ketiga yaitu Pulau Sangalaki sebelum menepi di pulau ini speed kami berhenti di tengah-tengah laut dan melihat ikan Pari Manta yang berjalan di seberang speed kami, sangat begitu besar. Terlihat 2 bule yang sedang snorkeling di sekitar ikan Pari Manta sepertinya 2 bule itu beruntung bisa berenang dekat dengan ikan tersebut. Kemudian kami diturunkan di lokasi tersebut untuk ikut bersnorkeling. Pak motorist speedboat bilang di lokasi ini pemandangan bawah lautnya sangat indah sehingga disebut sebagai akuarium alam yang indah.
Speedboath yang kita tumpangi
Semua penumpang speedboat yang bisa bersnorkeling segera menyiapkan diri untuk terjun ke laut. Termasuk aku tidak mau ketinggalan, dan kali ini aku memakai selaput kaki katak sebagai pengaman. Setelah aku mengamati karang di bawah benar-benar indah dan sangat asri, namun aku tidak berhasil menemukan ikan Pari Manta. Di laut ini aku menemukan beberapa ubur-ubur lagi namun jumlahnya tidak banyak, masih dalam posisi bersnorkeling kemudian tubuhku terhempas-hempas oleh gelombang. Sepertinya gelombang laut agak terlalu besar sehingga agak berat untuk berenang.

Selang beberapa menit bersnorkeling kemudian guide dan motorist memberi kode untuk segera naik kembali ke speedboat. Sepertinya kondisi gelombang laut agak terlalu bahaya, selain itu ternyata ubur-ubur di laut ini ternyata jenis ubur-ubur yang menyengat dan membahayakan bagi yang bersnorkeling. Posisiku masih agak jauh dari speed untuk itu aku harus berenang menuju ke speed agak cukup berat, namun bisa sampai juga dan segera naik ke speed. Alhamdulillah bisa naik dan mencapai speed dan ternyata ada 2 orang yang belum naik, salah satunya adalah Imah sepertiya dia terbawa arus gelombang laut lagi dan harus dievakuasi, hehe.
Tukik yang akan kita lepas ke perairan pantai di Pulau Sangalaki
Setelah 2 orang berhasil dinaikkan kembali ke speed kemudian kita segera menuju ke daratan pulau Sangalaki, disini kita akan melihat tukik dan melepaskannya kembali ke pantai. Aku turun duluan dari speed dan jalan bersama guide menuju posisi penangkaran tukik, sepertinya Imah dan Wahyu masih makan di speed karena sebelumnya mereka belum makan. Untungnya guide tour kami sangatlah baik, sehingga dia menawarkan diri untuk mengambil fotoku di pinggir pantai pulau Sangalaki yang hamparan pasir putihnya sangat memukau.
di Pantai Pasir Putih Pulau Sangalaki
Setelah puas di pantai pulau sangalaki jam 15.00 kita segera kembali menuju speed dan saatnya perjalanan kembali menuju pulau Derawan. Semua sudah lelah dan lapar disaat perjalanan kembali ke pulau Derawan ini saatnya tidur di speed dan sepertinya gelombang laut sudah tidak terlalu besar, sehingga nyaman untuk tidur di dek kapal. Jam 16.00 kita sudah sampai ke pulau Derawan, mengembalikan alat snorkeling dan kembali ke homestay untuk istirahat. Perjalanan mengelilingi ketiga pulau hari ini sangatlah begitu sensasional dan menyenangkan. Thanks God for your good creation the beautifull islands, *Alhamdulillah.

Sabtu, 14 Maret 2015

Berenang dengan Ubur-Ubur di Danau Tengah Pulau Kakaban

Selasa, 31-12-2013 jam 11.30 saatnya melanjutkan perjalanan kembali menuju pulau Kakaban. Jarak dari pulau Maratua menuju pulau Kakaban ini tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu kurang-lebih 45 menit perjalanan dengan menggunakan speedboat. Selama perjalanan menuju pulau Kakaban ini kakiku masih terasa perih luar biasa, benar-benar tersayat karang yang cukup dalam. Selain itu karena kondisi semua basah habis snorkeling di laut jadi terasa begitu lapar, untuk itu kita makan snack ringan yang kita bawa.
snorkelling di Pulau Kakaban
Jam sudah menunjukkan 12.15 guide dan motorist speedboat menyarankan untuk makan siang di atas speedboat. Posisi speedboat berhenti di tengah laut dan bergoyang-goyang, dengan posisi seperti itulah kita makan. Bagi yang tidak tahan dengan posisi makan seperti ini pasti langsung pusing, mual dan muntah, hehe.
Kakaban Island
Setelah makan kita langsung snorkeling di laut pulau Kakaban, sambil menuju ke pinggir tepian pulau Kakaban. Karang di pulau Kakaban ini menurutku lebih bagus dibandingkan pemandangan karang bawah laut di pulau Maratua untuk itu jenis ikan dan hewan lautnya lebih cantik-cantik dan beragam. Temanku Imah dia agak kurang bisa berenang sehingga dia sulit menggerakkan badan untuk menuju tepian pulau, tapi justru terbawa gelombang laut menuju ke tengah laut, hehe. Untungnya guide kami berhasil untuk membawanya ke tepian. Kemudian kita segera naik ke pulau Kakaban menuju danau tengah pulau ini.
Ubur-Ubur adalah icon di pulau ini
Menurutku pulau Kakaban ini lebih istimewa dibandingkan pulau-pulau yang lainnya. Pulau ini terlihat lebih indah dan jernih air lautnya. Selain itu yang menjadi *icon di tempat ini adalah ubur-ubur yang sangat banyak di danau tengah pulau ini. Untuk itu kita segera tidak sabar ingin bersnorkeling di danau tengah pulau Kakaban ini. Sesampainya di danau tengah pulau Kakaban ini ternyata sudah banyak pengunjung yang bersnorkeling. Namun danau ini tetap indah dan sangat bagus, air di danau ini payau sehingga terasa tidak sepenuhnya asin. Sewaktu aku menceburkan diri ke danau satu kata yang terucap, *Subhanalloh…. Begitu banyak ubur-ubur yang berenang dan kadang menabrak di tubuhku. Ubur-ubur di danau ini merupakan jenis ubur-ubur yang tidak menyengat jadi kita bisa memegang dan menyentuhnya.
Ubur-ubur di danau tengah Pulau Kakaban
Guide yang menjaga kami sangatlah baik dia mengajakku untuk agak ke tengah danau. Digandengnya tanganku untuk melihat pemandangan ubur-ubur yang sangat banyak dan terlihat berenang-renang menggemaskan. Subhanalloh, begitu indahnya pemandangan underwater ini. Untungnya kamera DSLR Wahyu bisa dipakai di underwater sehingga bisa dipakai untuk mengabadikan moment disaat berenang-renang dengan ubur-ubur yang sangat banyak.
Ubur-ubur ini bisa dengan leluasa kita sentuh
Jam di tangan menunjukkan 14.00, aku masih asik bersnorkeling dan guide kami memberi kode untuk segera balik menuju speedboat. Untuk itu kita segera naik dan balik menuju speedboat. Ternyata semua sudah menunggu, tapi kita belum terlalu terlambat. Yaa beginilah jika ikut paket wisata semua jadi terikat waktu dan harus ngikutin jadwal guide tour kami.
the beauty of jelly fish
Aku dan Imah foto-foto sebentar di pinggir pulau dan segera naik ke speed dan akan melanjutkan perjalanan ke pulau yang ketiga yaitu pulau Sangalaki. Perjalanan dari pulau Kakaban menuju ke pulau Sangalaki ini tidak terlalu jauh juga,kurang lebih 30 menit perjalanan sudah sampai. Nantinya di pulau Sangalaki ini kita akan melihat dan berenang dengan ikan Pari Manta yang besar jika beruntung bisa menemukannya, hehe ^ ^.

Sabtu, 28 Februari 2015

Journey To Maratua Island

Selasa, 31-12-2013 jadwal jalan-jalan kali ini saatnya keliling 3 pulau yaitu Maratua, Kakaban dan Sangalaki. Di hari ketiga ini saatnya perjalanan dengan speedboat *Derawan Express menyeberang ke tujuan pulau pertama yaitu pulau Maratua. Untuk perjalanan kali ini kita bertiga digabung dengan kelompok pengunjung lain, setidaknya dapat teman baru lagi, hehe ^ ^.
kapal Derawan Express yang kita tumpangi

Perjalanan dengan speedboat dimulai jam 08.00, tapi sebelum itu kita menyewa 3 set perangkat alat snorkeling sendiri yang terdiri dari google, masker kacamata, pelampung dan fin (selaput katak) semua itu dapat kita sewa @ Rp 50.000 saja untuk sehari. Harganya cukup lumayan murah, untungnya Wahyu juga menyewa pembungkus kamera DSLR agar bisa kita pakai untuk foto-foto di *underwater. Assiiikkk….

Perjalanan dari pulau Derawan menuju pulau Maratua kurang lebih 1,5 jam perjalanan. Waktu itu gelombang air laut sangatlah besar karena cuaca mendung gelap sehingga speedboat yang kita tumpangi goyang-goyang terhempas gelombang besar. Perasaan takut menggelayuti pikiranku selama perjalanan ini, namun dalam hati aku terus mengucap doa. Sampai akhirnya terlihat sebuah pulau yang panjang, berjajar pohon kelapa di sepanjang bibir pantai dan pasti itulah pulau Maratua. Alahamdulillah sampailah kita di pulau ini dengan selamat.
sampai di Pulau Maratua
Pulau Maratua ini suda ada resort/homestay, sepertinya milik pribadi atau kurang tau lebih jelasnya. Yang jelas guide kami melarang kita untuk naik di sekitar resort karena akan dikenai cash @ Rp 30.000/orang. Untuk itu di pulau Maratua ini kami fokus untuk bersnorkeling ria.

Air laut di sepanjang pantai sangatlah dangkal, untuk itu kita bisa melihat pemandangan bawah laut tanpa harus memakai alat snorkeling sebenarnya. Jam 10.00 saatnya memakai perangkat alat snorkeling, Wahyu menyarankan untuk tidak usah memakai fin (selaput kaki katak) karena dapat merusak karang yang kita injak. Sehingga akupun mengikuti sarannya ini.
snorkelling di pantai Pulau Maratua
Bersnorkeling merupakan hal yang paling aku suka karena bisa melihat pemandangan bawah laut yang indah. Banyak berbagai jenis ikan warna-warni yang beragam cantiknya. *Subhanalloh…. Namun dibalik keindahan itu harus hati-hati karena ada karang yang panas dan tidak boleh disentuh, bulu landak di sela-sela karang juga tidak boleh disentuh karena akan menyengat dan membuat kulit gatal-gatal.
terlihat karang di pantai Pulau Maratua ini sudah banyak yang rusak
Setiap aku akan bersnorkeling lebih jauh dari pantai, langsung aku ditemui oleh guide dan diperingatkan untuk tidak boleh terlalu jauh. Hal ini menyebalkan sekali karena pemandangan bawah laut yang jauh dari pantai lebih indah dibandingkan karang yang dekat dengan tepian pantai. Menurutku karang yang dekat tepian pantai sudah banyak yang rusak karena aktivitas pengunjung yang bersnorkeling, hal ini bisa diakibatkan pula terinjak oleh fin, dan lain sebagainya.
perasaan sedih terlintas ketika snorkeling di pantai Pulau Maratua *pemandangan karang yang rusak
Cuaca mendung gerimis waktu kita bersnorkeling di pulau Maratua, sehingga dari bawah maupun atas terkena basah, but it’s okay…. Jam di tangan sudah menunjukkan jam 11.00 ternyata aku sudah 1 jam bersnorkeling di laut, rasanya capek juga kemudian aku segera menepi dan jalan menuju lokasi speed, namun dalam perjalanan menuju ke tepian speed ini kakiku justru tertancap karang dan robek besar. Baru terasa sakitnya saat darah yang keluar bercampur dengan air laut yang asin, hmm *perih luar biasa.

Kemudian ada salah satu pengunjung yang member tisu dan mencarikan kotak P3K di speedboat. Kotak P3Knya ada tapi isinya tidak ada sama sekali, hehe. Yasudah tidak apa-apa darah yang mengalir terus-menerus dari kaki, aku tahan dengan tisu saja. Kemudian aku naik ke speedboat dan memutuskan untuk snorkeling yang selanjunya menggunakan fin agar tidak terkena karang kembali. Selanjutnya kita akan segera menuju pulau Kakaban. The next journey to the Kakaban island….