Senin, 31 Desember 2012

Ngandong Beach ~> Menghabiskan hari di Tahun 2012 bersama Camping Mec4_Ric@


Minggu, 30 Desember 2012 kita punya planning untuk kumpul kembali dan bertemu kembali di camping Mec4_Ric@ akhir tahun. Jam 4 sore kita kumpul di tempat Dimas, waktu itu berapapun personil yang akan ikut, aku tidak peduli yang penting aku ingin bersama mereka lagi. Karena ketika pertemuan itu ada sepertinya aku happy sekali, dengan cerita-cerita crazy mereka yang *ngelantur kemana-mana, he.

Benar *tebakan jitu, dan alhasil saya adalah wanita satu-satunya yang kumpul di tempat Dimas, it’s okay sambil menunggu papa Jo, kita sholat magrib dulu kemudian bercandaan yang tidak akan pernah habisnya, (*mengulas masa2 kuliah, ujian, bimbingan dosen, dan kini semua itu benar-benar hanya tinggal sebuah cerita. Dan aku benar-benar merindukan moment ini berkumpul dengan mereka.
peserta camping meca-rica tinggal segini, he
Segera prepare, peserta yang ada yakni Inul, Dimas, papa Jo, mama Roch, Gogon, Adi, Tarom, Umam, dan aku, and tambahan personil Anes dan Yanti yang udah nugu diatas. Seperti biasa kita berangkat jam setengah 8 malam kemudian menjemput Anes Yanti di alun-alun GK, kemudian kita lanjutkan perjalanan menuju Pantai Indrayanti. Perjalanan yang super teman-teman karena sepanjang perjalanan hujan dan jalan wonosari juga padat mungkin karena mau akhir tahun.

Memang pilihan kita bukan untuk *me-selebrasikan awal tahun, namun untuk merayakan kebersamaan di penghujung tahun 2012, he he. Sekitar jam 11 sampailah kita di pantai Indrayanti, namun katanya pantai ini kurang begitu pas untuk ngecamp, alhasil kita pindah haluan lagi menuju Ngandong Beach, sisi sebelah barat pantai Sundak untuk cari camping ground yang pas, dan I think, it’s good. Kita berbenah di mushola, sambil makan 2 bungkus dan 3 lele goreng untuk dimakan ber-12 orang, benar-benar makan malam yang paling enak, he he.

Setelah sholat isyak dengan gerimis yang masih rintik-rintik kita dipaksa untuk tetap mendirikan dome, kita jalan ke barat, dan mendapatkan lokasi buat ngecamp yang cihuy banget, kebetulan memang air laut baru surut, kita benar-benar akan tidur di bibir pantai. Sembari yang cowok mendirikan tenda, yang cewek seperti biasa masak untuk bikin kopi dan mie.
tenda yang telah kita dirikan
Habis itu alhamdulllah setelah, sedari sore kita diguyur hujan, untuk malam itu benar-benar terang, seketika cahaya lembut dari sinar bulan terlihat sedikit demi sedikit. Kita lalu buat api unggun dari kayu bakar yang betul-betul basah, namun dari dua pasang tangan ajaib si Dimas N Tarom, alhasil api unggun itu jadi pula. Let’s go to bakar jagung, kita habiskan waktu bersama malam itu dengan keceriaan ala Mec4_Ric@. Malam itu kita bersama kembali dan membuat cerita lagi.
bakar jagung, buat kopi dan mie
Capek ditubuh datang juga, sehingga kita perlu istirahat. Akhirnya kita tidur terlelap dengan mimpi masing-masing ataupun yang tidak bermimpi sama sekali. Malam yang tidak dingin dan tidak juga gerah, karena kita tidur dengan diiringi angin laut yang benar-benar sepoi-sepoi.

Bangun jam 4.03 lalu sholat subuh di mushola pantai Sundak, habis itu tidur lagi hingga di luar sudah terang benderang, benar-benar pagi yang cerah dan aku semakin tergoda. Air laut pada waktu itu benar-benar surut, sehingga rumput laut yang harusnya tertutup oleh air, kelihatan juga berwarna hijau fresh dan segar.
duduk di permadani rumput laut
Jadi moment foto dengan background rumput laut yang hijau menjadikan suatu yang berbeda pada waktu itu. Karena biasanya hanya biru air laut dengan pasir putihnya, kalau ini mah akumulasi dari ketiganya, benar-benar pagi yang indah.
momonway and anes
Jika berjalan diatas rumput laut ini agak jinjit-jinjit juga, soalnya ada hewan bintang laut yang sangat banyak, sehingga mau gak mau kaki ini menginjaknya dengan bunyi *kres-kres, kasiann banget benernya (tapi mau gimana lagi,he he mau enggak diinjek tapi jumlahnya ribuan bahkan jutaan disela-sela karang dan rumput laut.
karang dan rumput laut (*dua akumulasi warna yang indah...
Setelah dipuas-puasin mengambil gambar, foto-foto di kala pagi memang waktu yang sangat bagus, sinar mentari yang memberikan efek cahaya yang cerah membuat wajah-wajah yang belum mandi ini terlihat berseri-seri.
pagi yang benar-benar cerah
Selang waktu beberapa lama kita masih menunggu mas Boy untuk bangkit dari kegalauannya, kita menunggu untuk mandi bersama. Wah-wah keceriaan kita bersama baru terungkap disaat-saat seperti ini. Kita semua mandi air laut laksana anak kecil, setelah sekitar jam 7.00 air laut sudah tidak surut lagi, air laut jernih dan kita maen-maen dengan keceriaan bersama mec4_ric@.
segerrnya mandi di laut *euyy...
Berenang-renang sambil melepaskan kejenuhan kita di realita hidup, hihi.
*Travelsista (yanto, anes and momonway)
Kita siap-siap untuk mengemasi tenda dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan kita ke rumah Anes.
All of this will be a story
Dan itulah cerita momonway dalam menghabiskan hari di tahun 2012, Selamat Tahun Baru!!!

Kamis, 27 Desember 2012

Supercamp SMP Islam Prestasi At Siung Beach


Sebenarnya lumayan lama juga nih momonway jarang nulis di blog, kebetulan karena jarang jalan-jalan juga, he. It’s ok, sepertinya momen yang akan aku dituliskan merupakan moment yang sangat fun untuk diceritakan. Bersama-sama siswa SMP Islam Prestasi dan masih dalam rangkaian acara supercamp, dihari ke-2 kita ngadain trip ke Pantai Siung. Kita mau outbond, bersenang-senang, and having fun, cihuyy.
keluarga besar SMP Islam Prestasi
Actually, it is my Thirdly to visit Siung Beach,he he (*mau dikatain bosen ya engak juga, soalnya kalo perjalanan kali ini aku bersama murid-murid yang super dan guru-guru yang super juga. Perjalanan kita memakai 1 bis dan 2 mobil, dan aku lebih memilih untuk naik bis bareng anak-anak, ya karena kuota memang agak berlebihan jadi sampai pantai Siung aku berdiri sambil menangani pasien yang mabuk,he (*It’s no problem.

Selang perjalanan 2,5 jam dari Bantul, akhirnya sampailah kita di pantai Siung, btw kita ke Siung bawa 2 native juga lohh (Isrohan N Lusi), Isrohan is from Meksiko, and Lusi is from Ceko. They want to accompanied my students to play games. Jadi ketika kita beroutbond ria dengan 2 bule, sehingga alhasil jadi tontonan juga bagi pengunjung pantai Siung.
games dengan native
Sepertinya pantai Siung memang sudah berubah, berbeda dengan kunjunganku 2 tahun yang lalu. Sekarang kotor, banyak ranting-ranting berserakan, apalagi pasirnya sudah tidak murni putih lagi, karena di sebelah timur sepertinya erosi sedimen batuan yang hitam menjadikan sebagian pasir berwarna hitam. Namun dua tebing karang yang mengapit pantai ini masih berdiri kokoh dan tinggi menjulang. Sedikit lamunanku itu dihentikan oleh keceriaan mereka yang sedang bermain-main ombak pantai.
with gus Izzud
Ada-ada aja tingkah kreatif mereka, mencari segala macam jenis rumput laut kemudian menanyakan namanya pada guru Biologi (*kalau aku ditanya sudah mampus dehh, ada yang mencari ikan-ikan kecil kemudian ditaruh di botol bekas (*kemudian ada yang tanya pada guru Geografi, “Bu itu nanti ikannya kalau dibawa sampai rumah pasti mati ya Bu?” Ha ha, betul banget nak, soalnya airnya mengandung garam, jadi kalo dibawa pasti dalam perjalanan air itu mengalami penguapan, akibatnya kadar garam pun berkurang jadi ikan yang kalian ambil akan mati, “begitulah jawabku #gludakk,he.
mereka sedang *hunting rumput laut
Pokoknya keceriaan mereka dari awal sampai akhir acara tidak ada habisnya, begitulah sehingga saya mencintai mereka. Foto bersama mereka, dan yang aku suka mereka tahu bagaimana menempatkan diri mereka untuk menghormati gurunya. Jika sedang serius didalam kelas, mereka bisa serius juga, dan ketika di lapangan seperti ini mereka bisa menjadi teman dekat kita (*and to be closer, he.
momonway with Danis and Alif
Kemudian kita segera pingin nyoba naik ke tebing karang sebelah timur, karena walaupun saya sudah dua kali ke tempat ini belum pernah naik ke atas tebing. Ternyata pemandangan laut dilihat dari atas tebing ini benar-benar indah. Langsung saja kita “take a picture.
di atas tebing sisi timur pantai Siung
Aku bersama my *sista yang juga berprofesi sama di SMP Islam Prestasi. Kita berdua berharap untuk tetap istiqomah berjuang di SMP istimewa ini.
momonway and my *sista
Maybe I like to be a Teacher and I proud it, he he. Untungnya ketika siang jam 1 an langit mendung, jadi kita tidak kepanasan, alhasil foto yang kita ambil untuk mengabadikan waktu itu terambil dengan hasil yang bagus. It’s great.
mr. mahmud and momonway (*we are friend...
Di akhir acara kita berkumpul memutar di pasir, sambil sedikit games kita adakan reword yakni King N Queen Islam Prestasi, selaian itu juga dipilih kriteria guru terfavorit, tergokil dan tergalak, lumayan seru euyy. Walaupun saya belum masuk nominasi,he he. It’s okay.

Waktunya untuk sholat ashar dan berkemas untuk kembali pulang, benar-benar perjalananku yang berbeda bersama mereka-mereka yang diwajahnya keceriaan mereka tak pernah pudar. Yeah, I love them, I love travelling, I like beach, and I like to make story. And It’s momonway’s story, he he.

Minggu, 09 Desember 2012

Bersepeda in Holiday

Seperti biasa, dikala aku memiliki waktu libur sehari semisal lagi lengang, aku sempatkan untuk gowes besepeda ke pantai dengan my sista*. Karena memang dengan hobiku yang satu ini cukup murah dan sehat tentunya bagi badanku ini. Selain itu medan jalan di tempatku yang sangat mendukung untuk rute broadway yang mengasikkan.

Rute paling favorit dikala kita bersepeda adalah ke pantai Depok, kemudian menyusuri jalan di tengah-tengah gumuk pasir Parangtritis. Namun dalam bersepeda kali ini kita mau mengunjungi rute yang lain, yaitu sasaran ke jembatan putus yang telah berubah menjadi jembatan gantung, dan lokasi ini masih cukup dekat dengan rumahku, jika ditempuh dengan menggunakan sepeda kurang lebih 20 menit. Sepertinya view di jembatan ini ternyata bagus untuk dipakai “take a picture”, he.
jembatan Soka
Jam ditanganku waktu itu sudah menunjukkan pukul 7.00, sambil menikmati aktivitas banyaknya orang yang melintas melalui jembatan itu, aku berpikir bahwa jembatan itu menjadi kebutuhan vital bagi yang akan memulai berbagai aktivitasnya. Kalau kalian boleh tau jembatan ini hanya selebar 1,5 m jadi penyeberang yang melintas melalui jembatan ini harus antri dan bergantian dalam melakukan penyeberangan dari dua arah, dan mesti sabar tentunya. Karena aktivitas penyeberangan padat sehingga tidak sempat untuk mengambil gambar kita sedang mengendarai sepeda di atas jembatan yang telah direkonstruksi ulang ini.

Setelah kita pikir karena cuaca waktu itu tidak panas maka kita putuskan untuk segera menuju pantai Depok, dan melewati rute di bawah perbukitan gunung Seribu yang tau sendirilah, topografi jalannya pasti naik turun. Setelah melewati jalan naik yang tinggi kemudia aku dan mb watik menuruni jalan turun yang cihuyy banget serasa kami terbang, namun tetap focus dalam menyetir stang sepeda, kalau enggak wah bisa fatal.
di kali opak
Perjalanan ketika bersepeda seperti tidak terasa, tau-tau kita udah nyampe di Pantai Depok, dan seperti biasa sasaran kita selalu di tempat landasan paralayang. Menghirup udara pantai membuat semakin fresh, tiupan angin pantai yang membuat jilbab kami-pun berkibar-kibar. Melihat deburan ombak dari jauh pun serasa menakutkan, memang pantai Selatan merupakan bagian dari samudera Hindia yang luas. Setelah berhenti sejenak di pantai Depok, karena panas matahari semakin menyengat kita memutuskan untuk segera kembali pulang.
momonway and my sista
Sesampainya di jembatan Kretek, di Sungai Opak kita melihat perahu dan kita memutuskan untuk mampir sejenak ke tempat ini. Ternyata tempat ini tidak kalah menarik juga, karena angin bertiup semilir dan kita bisa juga menyewa perahu untuk berkeliling sungai hingga jembatan. Namun karena belum ada uang, kita hanya duduk di gethek sambil mengambil foto-foto yang bagus.
sepeda momon
Aku teringat kalau tempat ini pernah dipakai untuk festival lomba perahu naga, wah-wah tapi dulu lum sempat untuk melihat, yang ada sekarang hanya perahu dayung biasa. But it’s okay, refreshing bersepeda kali ini setidaknya dapat menyegarkan kembali segala kepenatan yang ada di pikiranku. Pokoknya besepeda itu sehat dan menyenangkan kawan-kawan.
perjalanan kita dsponsori oleh .....*sweat
See you again, with my travel story….^_^

Rabu, 21 November 2012

Pendakian Gunung Sumbing (3371 mdpal)


Ternyata di luar sana masih banyak orang baik yang bekerja sebagai volunteer tanpa mengharapkan upah sepeser pun, sungguh merupakan pekerjaan yang mulia. Semoga energi dan tenaga yang dikeluarkan diberi ganti yang berlipat-ganda oleh Tuhan…

Pendakianku kali ini aku diberi kesempatan untuk mendaki gunung Sumbing, Jawa Tengah. Memang sudah menjadi keinginan lamaku untuk dapat mendaki triple S (Sindoro, Sumbing, Slamet), dan Alhamdulillah aku dapat menyambangi salah satu gunung ini. Tanggal 17-18 November 2012 tepatnya hari Sabtu-Minggu kami tim Palaga berangkat bersembilan orang yaitu Deni, Papa Jo, Anes, Mega, Baizil, Sarwan, Yudha, Ryan, dan Momonway berangkat dari Jogja menuju Wonosobo.
kita bersembilan
Pukul 11.30 kita berangkat dari Jogja menuju Wonosobo yaitu dengan menggunakan sepeda motor, kita beriringan di jalan yang awalnya dari Jogja sampai Magelang kepanasan matahari, dan sampai daerah perbatasan Magelang-Temanggung kita diguyur hujan deras, sampai mantel yang kita kenakan tidak dilepas hingga sampai di Wonosobo.

Kita bersembilan belum pernah dan belum tau jalur mana yang akan kita lewatin, akhirnya berbekal dari teman Deni di FB dan no HP kita selalu dikontak dihubungi. Akhirnya kita sampai di Pasar Kertek pukul 15.30, dan diarahkan untuk ambil kiri dan naik ke jalur Bondowongso. Ternyata kita sudah dijemput oleh beberapa orang yang telah menunggu kita, padahal sebelumnya kita belum pernah bertemu sama sekali. Namun aku tau bahwa mereka adalah orang-orang yang ramah dan baik, kemudian kita segera ke basecamp pertama, kita berkenalan dan tanya-tanya mengenai pendakian gunung Sumbing yang melalui jalur ini.

Ternyata basecamp yang kita tempati bukan merupakan start pendakian, melainkan kita harus naik lagi menuju kampung yang paling atas, sehingga kita harus mengendarai sepeda motor menuju kampung teratas dan menitipkan sepeda motor ke Pak Lurah. Setelah menjamak sholat dzuhur-ashar kita makan kemudian segera packing ulang, karena ada yang bilang kalau lama perjalanan pendakian gunung Sumbing perlu waktu sekitar kurang lebih 9 jam pendakian.

Pukul 17.00 kita naik menuju rumah Pak Lurah, dan apa yang membuat kita terpana, yakni jalan yang harus kita lewatin merupakan jalan 80% rusak total, jalan aspal yang tinggal bongkahan-bongkahan batu besar. Harus berdzikir memang, ketika melewati jalur tersebut, Alhamdulillah sekitar 20 menit perjalanan dengan motor seperti sedang mengendarai lomba pacuan kuda. Kasian motor metikq, sebenarnya kurang cocok jika harus dipaksa melewati jalan seperti itu, tapi tak apalah yang penting kita sudah sampai di desa paling atas.

Pukul 17.30 setelah menitipkan motor, kita segera memulai pendakian kita diantar oleh mas-mas volunteer, kemudian kita berdoa bersama untuk keselamatan kita dalam perjalanan pendakian hingga puncak gunung nanti. Kebetulan sanset dikala petang waktu itu sangat bagus sekali, berwarna jingga kemerah-merahan.
pemberangkatan dikala jingga
Seperti biasa nafas pendakian pertama terasa sangat berat sekali, jalur Bondowongso ini kita mulai dari ladang penduduk yang kurang lebih kita lalui selama 2 jam, dengan metode MLML (mlaku leren mlaku leren). Setelah ladang habis kita melewati jembatan jurang, dan menaiki lereng hingga bertemu dengan hutan lebat. Sepertinya jalur yang kita lalui merupakan jalur yang jarang dilewati pendaki, karena dalam pendakian waktu itu kita tidak pernah bertemu dengan pendaki-pendaki lain. Dalam benakku mungkin nantinya di pos 3 kita bisa bertemu dengan pendaki lain.

Pukul 22.30 kita sampai di hutan yang telah gundul, yakni bekas kebakaran gunung Sumbing itu artinya menandakan bahwa kita telah sampai di pos 2. Dari posisi ini kita bisa melihat gunung Sindoro dan pemandangan lanskap lampu penduduk, yang gemerlip-gemerlip indah, subhanalloh, sehingga kita memutuskan untuk mendirikan dome di tempat ini. Setelah 5 jam pendakian ternyata capek juga, kita berbagi tugas yang cowok mendirikan dome sedangkan yang cewek memasak kopi dan mie rebus untuk menghangatkan badan.
memasak mie dan kopi
Udara memang cukup membeku sehingga perlu jaket tebal, setelah makan dan aku menjamak sholat maghrib-isyak kemudian kita bersiap-siap untuk istirahat, dalam doaku aku berbisik terimakasih ya Alloh karena dalam perjalanan ini tidak turun hujan, kita berencana bangun jam 4.00 untuk melanjutkan ke puncak. Sepertinya capeknya badan membuat tidur kami sangat terlelap dan nyaman, walaupun salah satu dari kita ada yang tidur sambil menggigil kedinginan. Alhasil yang bangun pertama jam 4.00 hanyalah Papa Jo, dan yang lain masih nyaman beselimut slipping bag sehingga kita bangun jam 5.00.
gunung Sindoro
Udara pagi di lereng gunung Sumbing waktu itu benar-benar membeku, namun pemandangan yang terlihat, sangat sayang jika dilewatkan seperti biasa kita mengabadikan jerih-payah kita sampai di tempat ini dengan foto-foto.

pemandangan di pagi hari dengan background gunung Sindoro yang sangat cerah
Untuk melanjutkan pendakian ke puncak kita makan mie dan minum susu, dome dan barang bawaan kita tinggal di tempat, kita yakin pasti aman, karena di pos ini pun kita tidak bertemu dengan pendaki-pendaki lain. Pukul 6.00 kita berjalan menuju puncak, awalnya bersembilan kita jalan beriringan, kemudian setelah ada lereng yang terpisah oleh cekungan aku dan Deni memilih untuk melewati lereng sebelah, karena aku pikir jalannya lebih mudah. Sehingga kita terpisah menjadi 7 orang dan 2 orang, karena hutan gunung sumbing habis terbakar sehingga kita masih bisa melihat teman kita yang melewati jalur lereng yang berbeda.
di lembah gunung sumbing yang meliuk-liuk indah
Kenampakan lereng dan lembah yang meliuk-liuk sepertinya gunung ini seperti gunung Merbabu namun jarak pandang luasnya pemandangan lebih indah di gunung Sumbing ini. Pagi yang cerah waktu itu membuat deretan gunung-gunung terlihat dengan jelas, yakni tetangganya yaitu gunung Sindoro, pegunungan Dieng yang seperti tembok-tembok sisa gunung api purba Dieng yang besar, serta lanskap permukiman penduduk yang terlihat dari atas.
melihat lanskap pemandangan dari atas
Jalur yang aku lewatin dengan Deni ternyata melewati padang ilalang yang sangat bagus, sehingga aku merasa lebih beruntung ketika melewati jalur ini. Kenampakan yang seperti ini aku pikir sama dengan padang ilalang yang ada di gunung Lawu, namun semua memiliki ciri khas yang berbeda-beda tentunya.
momonway dengan padang rumput ilalang
View padang rerumputan ini membuatku terhanyut dalam keindahan yang luar biasa, terimakasih ya Alloh engkau telah memberikan kesempatan terbaik untuk dapat menjangkau tempat indah ini.
hampir sampai di puncak
Sekitar pukul 8.00 kita baru bertemu di jalur pertemuan dua lereng yang kita lewati, puncak masih lumayan jauh dan lereng berbatu masih panjang untuk kita daki, setapak demi setapak aku jalani, sepertinya ketika kaki sudah terasa payah batinku selalu bertanya “apakah aku bisa menakhlukan puncak gunung ini”? perasaanku pun menjawab “jika kau mampu bertahan menghadapi ego capekmu maka engkau pasti bisa”! gejolak dalam diriku terus berlangsung, dan sepertinya untuk menggerakkan kaki menapaki batu-batu kakiku sudah tidak mau lagi, namun aku percaya aku pasti bisa.
pasti bisa
Alhamdulillah, dengan kondisi badan yang sudah lelah stadium 5 akhirnya segerombolan bunga edelweiss dapat melupakan sejenak rasa capek, aku menciumnya dan berfoto dengannya tanpa aku memetiknya.
background bungan edelweiss yang sedang kembang
Terdengar dari atas kalau puncak sudah sedikit lagi, langsung aku gerakkan langkah kakiku menuju puncak gunung Sumbing, sedikit demi sedikit dan Alhamdulillah aku sampai puncak di ketinggian 3306 m.dpal. di puncak gunung ini kita bisa melihat kaldera yang masih ada kawahnya yang mengepulkan asap, kita kibarkan bendera merah putih di puncak ini.

Foto bersama di puncak.
di puncak 3371 mdpal
Di atas gunung ini kita mengadakan upacara kecil-kecilan sebagai tanda nasionalisme kita terhadap bangsa dan sang saka Merah Putih, kita kibarkan bendera dan menyanyi lagu Indonesia Raya. Aku pikir mungkin ini merupakan upacara bendera yang paling khidmat dari sekian yang aku rasakan, karena ini adalah puncak tertinggi gunung Sumbing, seperti lagunya coklat “merah putih teruslah kau berkibar di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini”. Setelah selesai kita mencium bendera satu persatu dan kita lanjutkan untuk turun dari puncak pukul 11.30.
momonway alhamdulillah sampai puncak
Menuruni gunung memang lebih cepat jika dibandingkan dengan naiknya, namun sendi kaki terasa di tekan-tahan, sakit plus capek plus laper plus haus jadi satu, namun tetep berusaha hingga pukul 14.00 kita baru bisa sampai di dome karena ketika menuruni lereng gunung, kabut cukup tebal sehingga mengganggu jarak pandang kita.
menuruni lereng padang ilalang
Lapar kemudian membuat mie dan makan nasi yang dibawa kemarin, kemudian merubuhkan dome dan packing barang. Namun cuaca semakin gelap dan kabut semakin tebal, tiba-tiba tetes air menerpa di wajahku, wah-wah sepertinya mau turun hujan, dan perkiraan memang benar. Turun hujan deras, sehingga kita turun dari Pos 2 sekitar pukul 14.30. hujan yang cukup deras mengakibatkan jalan setapak menjadi jalur larinya air, alhasil wajar selama menuruni gunung terpeleset dan tergelncir berkali-kali. Ternyata memang perjalanan sangat jauh jika melewati jalur Bondowongso ini. Jauuuuhhh banget, karena posisi hujan jadi kita tidak merasa haus dan tidak banyak istirahat. Akhirnya sampai rumah pak Lurah pukul 17.30 dan mengambil motor untuk kembali ke basecamp pertama.

Pendakianku kali ini sangat berkesan, sangat capek dan aku pasti akan merindukan capeknya mendaki. Momonway akan selalu berusaha untuk dapat menyambangi puncak gunung-gunung yang lainnya, amienn…
Terimakasih telah menyimak cerita perjalanan ini, sekiann……………