Senin, 30-06-2014 kebetulan ini adalah hari ke-2 puasa
Ramadhan, setelah berlibur untuk beberapa hari di kota, akhirnya aku memutuskan
untuk ikut temanku (*Dwi Indaryanti) ke Setulang. Sudah sekian lama aku ingin
mengunjungi icon desa wisatanya
kabupaten Malinau ini. Untuk perjalanan menuju desa Setulang ini kita harus
naik taksi yaitu mobil bak terbuka yang belakangnya ada kursi panjangnya, nah
itu yang dinamakan taksi disini, jangan harap taksi di sini sama dengan
mobil-mobil sedan seperti di jawa. Perjalanan dari kota Malinau ke Setulang ini
kurang lebih ditempuh selama 1 jam perjalanan, namun karena taksi sering
singgah untuk menjemput penumpang di suatu tempat, perjalanan bisa ditempuh
lebih dari 1 jam. Tarif harga naik taksi Rp 30.000 itu sudah merupakan harga
standar di sini. Selain itu untuk naik taksi ke tempat ini kita harus sedia
masker atau slayer karena separuh perjalanan jalan belum beraspal dan sangat
berdebu. Akhirnya setelah melewati berbagai medan jalan sampailah kita di mes
SMP N 1 Malinau Selatan yaitu tempat tinggal Dwi Indaryanti temanku di sini.
*Selamat datang di desa Setulang |
Selasa, 1-07-2014 merupakan hari ke-3 puasa Ramadhan, sama
seperti di tempatku Long Berang, di Setulang juga tidak ada mushola atau
masjid, karena mayoritas masyarakat di sini adalah Suku Kenyah Ma’ Lung yang semuanya beragama
Kristen. Tentunya yang beragama muslim hanya kami pengajar SM3T, untuk itu pada
malam bulan Ramadhan ini kita sholat Tarawih, dan tadarus Al quran sendiri
setiap malamnya. Benar-benar moment Ramadhan yang berbeda, yang aku alami di
sini. Begitu pula untuk bangun saur, selain itu jam sholat fardhu tidak pernah
kita dengar suara adzan dari masjid, namun kita sudah punya jadwal imsakiyah
bulan Ramadhan sebagai patokan itu semua.
Sore ini saya berencana untuk mengelilingi desa Setulang,
karena mes Dwi Indar terpisah dengan kampung jadi kita harus berjalan menuruni
bukit untuk sampai di gapura selamat datang desa Setulang. Memang bentuk-bentuk
ukiran seni suku Dayak Kenyah sangat bagus di tempat ini, karena pada saat ini
desa Setulang baru dikembangkan sebagai desa wisata. Lebih mencengangkan lagi
setelah tau kalau pengembangan desa menjadi desa wisata ini dulu studi
bandingnya mencontoh desa di Kecamatan Imogiri Yogyakarta, hehe. Perlu
diketahui bahwa kecamatan Imogiri Yogyakarta adalah tempat yang dekat dengan
tanah kelahiran saya, yaitu kecamatan Pundong Yogyakarta.
ukiran kayu Dayak Kenyah gapura desa wisata Setulang |
Selama perjalanan kita sering berjumpa dengan ibu-ibu yang
pulang dari ladang, mereka semua berjalan kaki dengan memanggul hasil panen
berladangnya berupa buah dan sayuran. Jalan-jalan kali ini kita ditemani Ila
& Meida mereka berdua adalah gadis Dayak Kenyah yang sangat menyenangkan,
lumayan juga ada yang bantu kita mengambil foto dan bercanda selama perjalanan.
Anike *gadis penari adat desa Setulang Malinau |
Selain itu kita juga berjumpa dengan *bunga desa Setulang
yaitu Anike, dia adalah gadis Dayak Kenyah yang pintar menari hingga ke
berbagai propinsi di Indonesia. Anike ini juga sering tampil di berbagai
majalah lokal di kabupaten Malinau. Berharap semoga kelak dia akan mendapatkan
beasiswa untuk mendapatkan jenjang sekolah yang lebih tinggi atas bakat-bakat
dan presatasinya itu.
Setelah melewati perkampungan, Ila menuju ke suatu rumah dan
memfoto nenek yang memiliki telinga panjang dan bertato (suku asli Dayak
Kenyah), kemudian aku bilang ke Ila untuk minta izin dengan nenek itu untuk
berfoto bersama, lantas dia berbicara bahasa daerah. Alhamdulillah dengan
bantuan Ila, kita bisa berfoto dengan nenek Usun. Nenek Usun ini adalah salah
satu orang Dayak Kenyah yang memiliki telinga panjang dan bertato di kedua tangannya,
dimana tradisi ini sudah banyak ditinggalkan oleh gadis-gadis suku Dayak
Kenyah. Sehingga hanya tinggal beberapa nenek tua saja yang memiliki telinga
panjang dan tangan bertato ini. Jadi merupakan moment yang luar biasa bisa
berfoto dengan nenek Usun ini.
Nenek Usun, wanita Suku Dayak Kenyah desa Setulang |
Kemudian kita menuju Balai Adat desa Setulang, dari jauh
balai ini terlihat sangat menawan dengan ukiran batik khas dayaknya. Ditambah
akumulasi warna lapangan sepak bola dengan rumput hijaunya yang bagus nan
menawan. Kebetulan waktu itu lapangan belum terlalu banyak yang main bola, jadi
bisa mengabadikan foto di tempat itu.
*Uma biasa disebut rumah panjang atau rumah adat suku Dayak Kenyah |
Setelah itu kita lanjut menuju balai adat desa Setulang,
tampak dari depan balai adat ini sangat bagus dengan gapura kayu didepannya.
Pintunya juga terdapat lukisan orang laki-laki dan perempuan. Pokoknya di
setiap sisi balai adat ini penuh dengan lukisan-lukisan khas Dayak. Jadi jika
foto dari berbagai sisi yang tampak adalah ornament khas Dayak semua, yang
tentunya sangat bagus untuk didokumentasikan.
rumah adat desa Setulang tampak dari depan |
Ila adalah gadis berusia 12 tahun, dia akan masuk SMP tahun
ajaran ini, sedangkan Meida adalah gadis Dayak yang baru mau naik kelas 6 SD.
Mereka semua sangat menyenangkan selama mengantar dan menemani kami jalan-jalan
mengelilingi desa Setulang ini. Kita foto bersama secara bergantian, dan
bercanda selama perjalanan.
Jam sudah menunjukkan pukul 17.10, cahaya sore sudah tidak
mendukung kita untuk mengambil gambar, efek pencahayaan foto agak kurang bagus
hasilnya, untuk itu kita memutuskan untuk kembali pulang menuju mes. Kita
mengambil jalan berbeda dari jalan berangkat tadi, kita memilih jalan pintas
agar cepat sampai ke mes. Setelah melewati gereja kita menjumpai rumah-rumah
panggung kecil, kemudian itu merupakan lumbung padi milik suku Dayak Kenyah.
Ada beberapa lumbung padi ini, lumayan banyak juga dan semua tertata bersih
walaupun penataannya agak kurang rapi. Pada saat melewati lumbung padi ini,
terlintas ingatanku di saat perjalananku mengunjungi suku Baduy Dalam di Banten
beberapa tahun yang lalu, dimana bentuk lumbung padi ini hampir mirip.
Lumbung hasil ladang suku Dayak Kenyah desa Setulang |
Setelah kembali ke mes
sudah jam 17.30 padahal kita belum masak sayur untuk berbuka, kemudian kita
segera berbegas untuk memasak menyiapkan buka untuk sore itu. Menu kita waktu
itu adalah sayur lodeh, telur goreng, tahu goreng dan pop ice cokelat, Ila
& Meida ikut menemani kami berbuka sore itu. Benar-benar moment berbuka
yang luar biasa setelah hunting foto
bersama mereka.
Halo, salam kenal :-)
BalasHapusSenang akhirnya menemukan blog yg bercerita ttg desa Setulang ini.
Insya Allah saya punya rencana utk solo traveling ke Malinau dlm waktu dekat ini, termsk mengunjungi desa ini.
Ada bbrp pertanyaan nih, smoga bisa terjawab :-)
1. Transportasi/taksi ke Setulang dan sebaliknya (Malinau) apakah tersedia setiap hari?
Ada alternatif lain selain jalur darat ngga ya?
2. Apakah di Setulang terdpt penginapan atau homestay? Ingin rasanya bisa bermalam di sana soalnya :-)
Makasih banyak.
Salam,
Lena
Hi, saya kebetulan stay di Malinau. Jika ingin mengunjungi Malinau saya bersedia menjadi guide tour anda. Silahkan hub saya via email.
Hapus1. Transportasi dari Malinau ke Setulang bisa menggunakan mobil pick up, orang disana menyebutnya sebagai taksi, untuk ke Setulang sudah bisa menggunakan transportasi darat.
Hapus2. di Setulang ada tempat warga yang bisa digunakan untuk menginap.
Maaf sudah lama tidak membuka blog, telat membalasnya.
Terimakasih sudah mengunjungi blog ini mb Lena.
Halo, sekedar informasi. Untuk kendaraan ke desa setulang tersedia setiap hark dan tidak hanya satu mobil yang menyediakan layanan transportasi. Tersedia sekitar 3-4 mobil. Biasanya mereka menunggu di depan pertokoan di malinau kota dan berangkat ke desa setulang sekitar jam 1-3 sore. Lebih mudah lag jika punya kontak untuk ke sana agar bisa di jemput.
BalasHapusUntil masalah penginapan, ada banyak rumah warga yang bisa di tumpangi untuk bermalam.
Kebetulan saya orang asli desa setulang. Selamat berkunjung dan di tunggu kunjungannya di desa setulang. Salam..
Tambahan info yg bagus bagi yg mau wisata ke Setulang, Terimakasih
HapusSetelah mengabdi di Desa Sesua Malinau Barat, Oktober kemungkinan saya akan mengabdi di Desa Setulang, Malinau Selatan Hilir..
BalasHapusSemoga sesuai harapan..
Selamat bertugas pak, semoga Desa Setulang semakin maju dengan kearifan budaya lokalnya
Hapus