Kamis, 29 Desember 2011

Pendakian Gunung Lawu (3265 m dpal)

Kala itu pendakianku dimulai dari kebimbanganku untuk ikut apa tidak. Akhirnya tekad dari pikiranku membawaku dalam pendakian itu. Kamis, 8 Desember 2011 sore hari, aku packing segera seperti biasa, mungkin di pendakianku ke gunung ke-4 ini, aku sudah terbiasa kebutuhan penting apa yang harus aku bawa. Pendakian ini di planning dan di ketuai oleh Anes, maklum dia lagi on fire dalam hal naik gunung. Tanpa searching informasi di internet, aku merasa penasaran seperti apa medan dalam pendakian nanti. Katanya gunung ini merupakan gunung terdingin di Jawa, tapi apakah benar? dan aku sedikit penasaran seberapa dinginnya temperatur di ketinggian itu.

Jumat, 9 Desember 2011, pukul 09.00 kita berkumpul di HMPG, ternyata yang ikut gak hanya sedikit, malah tambah personil-personil baru. Pendakian kali ini, aku merasa paling tua, yaa karena anak-anak Geografi  lainnya masih angkatan 2010. Jam 10.30 kita ber-15 beserta anggota PALAGA telah sampai di Lempuyangan. Langsung kita serbu tiket kereta Pramex, menurutku kereta ini merupakan kereta favorit ya hampir sama kayak kereta di Jepang atau Korea.

Seperti biasa kita harus menunggu datangnya kereta sambil bercanda dan bercengkrama hal-hal yang tidak bermutu. Ya begitulah anak-anak muda, memang indahnya masa muda. Aku rasa moment seperti itu harus diabadikan dengan foto-foto, termasuk menuliskan ceritanya pada blog ini. Aku percaya

Senin, 19 Desember 2011

PERSIAPAN BERSEPEDA MALAM HARI

Bersepeda pada malam hari cukup disukai beberapa orang. Cuaca yang tak panas dan lalu lintas yang tak terlalu padat menjadi beberapa pertimbangan. Namun, bersepeda pada malam hari, ternyata beda dengan bersepeda dengan siang hari. Nah, berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya anda persiapkan berdasarkan informasi dari Polygon Bicycle School.

1.    HELM
Pelindung kepala ini merupakan wajib dikenakan setiap saat anda bersepeda pada malam hari. Helm juga berfungsi melindungi kepala dari terpaan angin malam pada bagian atas kepala.
2.    LAMPU DEPAN
Alat ini berguna menerangi jalan di depan sepeda kita. Selain itu, juga bermanfaat sebagai informasi bagi pengendara lain di depan akan keberadaan sepedakita. Gunakan lampu depan yang cukup terang dan mampu menembus kabut atau asap.
3.    LAMPU BELAKANG
Alat tambahan ini berguna untuk menginformasikan keberadaan kita kepada pengguna jalan lainnya yang berada di belakang. Gunakan lampu berwarna merah dan memiliki tingkat keterangan yang cukup dan tak menyilaukan.
4.    REFLEKTOR
Peranti pemantul cahaya ini juga termasuk tepat bila digunakan sebagai tambahan lampu depan dan belakang. Reflector sangat bermanfaat sebagai informasi bagi pengendara lain mengenai keberadaan kita. Dua warna reflector yang lazim dipakai, putih untuk depan dan merah untuk bagian buritan sepeda. Bisa juga anda memilih busana berwarna cerah yang sudah dilengkapi dengan bahan reflector yang dikenakan selama bersepeda dalam kondisi gelap.
5.    TOOLKIT SEPEDA
Ini perlu, buat jaga-jaga apabila sepeda kita mengalami masalah di jalan. Pasalnya pada malam hari jarang ada bengkel untuk meminjami kunci sepeda. Lengkapi pula toolkit  ini dengan sendok pembuka ban, ban dalam cadangan, serta pompa ban mini.
6.    PAKAIAN
Kenakan pakaian yang mudah menyerap keringat serta berwarna cerah dan menyala agar mudah terlihat. Rompi atau jaket tipis penahan dingin (windbreaker)  juga baik digunakan saat bersepeda malam hari. Kenakan glove (sarung tangan) yang memiliki reflector, sehingga bisa berfungsi sebagai informasi kepada pengendara bermotor lain saat kita hendak berbelok.
7.    BEL ATAU KLAKSON MINI
Gunakan bel sepeda saat ingin member tanda atau meminta jalan kepada pengguna jalan lainnya.
8.    MINUM
Meski tak cepat kehausan saat bersepeda di malam hari, usahakan untuk tetap mengonsumsi air secara berkala. Usai bersepeda, sebisa mungkin mengonsumsi segelas air hangat untuk mengondisikan suhu tubuh ke normal.

Minggu, 18 Desember 2011

GUNUNG BROMO: GUNUNG INDAH DI DUNIA


“Siapa yang tak tahu gunung Bromo? Kawah yang mengepul dari gunung tersebut menjadi pemandangan yang memesona. Belum lagi puncak Pananjakan, yang dari sini wisatawan bisa menikmati sinar jingga matahari terbit yang lamat-lamat menyinari Gunung Bromo, Gunung Batok dan Gunung Semeru, selalu berhasil membuat decak kagum.”

Akses menuju gunung Bromo dapat ditempuh melalui Malang, Pasuruan, Lumajang dan Probolinggo yang dinilai akses paling strategis karena dapat menghubungkan jalur wisata lainnya seperti ke Bali maupun Yogyakarta melalui jalur Pantura Jawa Timur.
Posisi tersebut, yang dibarengi dengan besarnya daya tarik kawasan wisata gunung Bromo, memungkinkan kabupaten seluas lebih dari 1.696,17 km2 ini bisa menyediakan fasilitas maupun sarana-sarana yang mendukung wisata di gunung tersebut, dengan maksud agar membuka potensi-potensi wisata lingkungan lainnya di Kabupaten Probolinggo.
Potensi
Kabupaten Probolinggo memang bukannya tidak memiliki potensi wisata untuk dikembangkan. Tengok saja, wisata gunung sampai laut di Selat Madura membuat kabupaten ini memiliki peluang besar untuk “menggarap” para wisatawan yang melewati daerah di sebelah tenggara Surabaya ini.
Sebagai contoh, di Selat Madura ada Pulau Gilikketapang yang sejatinya tentu bisa menunjang wisata bahari. Pulau Giliketapang berjarak 5 mil dari Pelabuhan Ujung Tembaga, dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 30 menit dengan naik perahu motor. Di pulau seluas 68 ha ini, sebagian besar penduduknya adalah suku Madura dan hampir 90% terdiri dari para nelayan yang menggantungkan hidupnya di laut.
Menurut situs resmi Kabupaten Ketapang, yang unik dari pulau tersebut adalah kepercayaan masyarakat setempat tentang asal-usul nama Gili Ketapang. Dikatakan bahwa pulau ini memiliki tenaga ghaib yang dapat bergerak lamban di tengah laut. Semula pulau ini menjadi satu dengan daratan Desa Ketapang, ketika gunung Semeru Meletus, terjadilah gempa bumi yang dahsyat sehingga sebagian daratan desa Ketapang terpisah ke tengah laut sekitar 5 mil dari kota Probolinggo sebagian daratan itu menjadi sebuh pulau yang bergerak. Oleh sebab itu masyarakat setempat menyebut pulau tersebut dengan nama Gili Ketapang berasal dari bahasa Madura yang artinya mengalir, sedangkan Ketapang adalah nama asal desanya.
Potensi wisata bahari lainnya diproyeksikan pada pengembangan Pantai Bentar dengan upaya reklamasi. Tujuan reklamasi itu untuk menyediakan ruang tambahan bagi penyediaan fasilitas penginapan wisatawan. Sementara itu, potensi-potensi wisata lainnya meliputi pemandangan laut di Paiton, arung jeram di Sungai Pekalen dan wisata agribisnis di Kecamatan Krucil.
Di sisi lain, Kabupaten Probolinggo tampaknya juga menjanjikan peluang usaha yang mendukung pariwisata, khususnya di gunung Bromo. Usaha tersebut misalnya penginapan, karena umumnya orang-orang yang pergi ke Bromo akan berangkat dini hari untuk “mengejar” matahari terbit; transportasi yang mampu membawa wisatawan ke kawasan wisata gunung Bromo;guide; atau menyediakan informasi yang dibutuhkan agar wisatawan juga merasa tenang dan senang. [ditulis dan ditambahkan dari Sumber: ASP Kompas, 13/12/11]

SEJURUS PIKAT DARI SULAWESI UTARA


“Apa yang ada di dalam benak Anda ketika mendengar nama Sulawesi Utara? Makanan khasnya yang unik, alamnya yang menampilkan pegunungan dan lautan sekaligus, atau menyelam dan menikmati kecantikan alam bawah lautnya?”

Dari pertanyaan diatas jawabannya bisa beragam, tergantung selera setiap orang yang menyambangi Sulawesi Utara. Soal makanan, jangan ditanya. Makanan khas Manado terkenal dengan kekayaan bumbu dan kemampuannya memikat lidah, sekaligus membuat berkeringat karena pedas. Di sini pulalah anda bisa menemui beragam makanan yang mungkin sebelumnya tak terbayang.
Beberapa tahun terakhir, nama Manado kian melambung berkat keindahan alam bawah lautnya. Apalagi kalau bukan Bunaken. Obyek wisata ini sudah lama dikenal dan menjadi primadona di provinsi tersebut. Keindahan taman laut dan satwa yang ada di dalamnya berhasil memikat banyak orang untuk berkunjung kesana.

Hal ini telah dimulai sejak tahun 1971, ketika namanya mulai melambung di antara pencinta dunia taman laut. Dua puluh tahun kemudian, tepatnya pada 24 Desember 1991, Soeharto (Presiden pada masa itu) meresmikan perairan Bunaken bersama perairan Pulau Manado Tua dan Siladen menjadi Taman Nasional Bunaken.
Pulau Siladen yang letaknya tak jauh dari Bunaken memang memiliki pemandangan yang tak kalah memukau. Melihat kekayaan dan keindahan berupa tanaman laut serta hewan yang ada di Bunaken dan Siladen tentu akan menjadi petualangan yang menyenangkan.

Pengalaman ini tentu menjadi lebih berkesan dengan adanya Pulau Manado Tua di wilayah tersebut yang menjanjikan pemandangan yang menarik. Menikmatu Gunung Manado Tua yang gagah dari kejauhan disertai hilir mudik perahu di perairan tersebut tentu menjadi pemandangan yang menyenangkan dan menjadi obyek foto yang menarik.
Jelas kunjungan ke wilayah ini tak akan lengkap jika tidak menyambangi keindahan alam yang ada di bawah perairan. Bagi para pehobi menyelam dan snorkeling tentu tidak akan berpikir dua kali untuk melakukan aktivitas tersebut.
Lantas bagaimana bagi mereka yang tidak bisa atau tidak ingin menyelam dan berbasah-basah di air? Tak perlu khawatir karena di sana disediakan pula glass bottom boat sebuah perahu yang berkaca di bagian dasarnya. Lewat kaca bening itulah keindahan alam bawah laut Bunaken dapat dinikmati. Terumbu karang, ganggang laut, serta satwa-satwa berwarna-warni yang ada di dalamnya tersaji dengan indah.

Setelah puas menikmati pemandangan tersebut, luangkan sedikit waktu untuk datang ke Pulau Siladen dan menikmati atraksi-atraksi wisata yang ada di sana. Atau bisa juga berkunjung ke beberapa obyek-obyek wisata di Sulawesi Utara yang unik, menarik dan tentunya saying kalau dilewatkan begitu saja. [ditulis dan ditambahkan dari Sumber: ADT kompas, 7/12/11]