Minggu, 21 April 2013

Kartinian Days~Sepedaan ke pantai bersama muda-mudi Panjang Bergema

Sepertinya blog perjalananku akhir-akhir ini baru dipenuhin kegiatan-kegiatan bersepeda tiap minggu pagi, yeach it’s my activities every Sunday morning. Aku selalu percaya setiap kegiatan dan perjalanan selalu memiliki cerita yang berbeda. Pokoknya aku akan selalu menuliskan perjalanan travelling dalam hidupku kemanapun aku  pergi, aku akan berusaha untuk selalu menuliskannya. Aku percaya dengan menulis, maka aku ada. Here I’am.
 
momonway and a funny hat
Sepedaan minggu pagi ini yaitu tanggal 21 April 2013 bertepatan dengan Hari Kartini, untuk itu biasanya aku bersepeda hanya berdua saja, namun kali ini aku bersepeda bersama muda-mudi panjang. Serangkaian rencana untuk bersepeda sudah kita bahas sebelumnya, kita berencana untuk mengadakan sepedaan ke pantai Depok, dengan menggunakan kostum kebaya jaman dulu bagi yang perempuan dan jarik. Kemudian bagi yang laki-laki kita lebih menyarankan untuk memeberi kebebasan namun diharapkan mereka menyesuaikan.
kumpul sebelum berangkat gowes
Jam 6.30 kita kumpul di TK, semuanya telah siap berkumpul dengan kostum yang sudah ditentukan. Ternyata dengan pakaian jaman dulu pun muda-mudi Panjang tetap kelihatan cantik-cantik, malah sepertinya lebih kelihatan feminine. Selain itu yang mengikuti acara sepedaan ternyata banyak juga sehingga acara sepedaan bakalan lebih seru dari biasanya. Sambil menunggu semuanya siap kita segera berangkat untuk gowes menuju pantai Depok.
on the way
Selama perjalanan terutama di jalan Parangtritis, kita semua menjadi pusat perhatian bagi setiap orang yang lewat, mungkin karena kostum pakaian jaman dulu yang kita pakai. Sepertinya kita menjadi trending topic pembicaraan masyarakat yang kita lewatin, cihuyy senengnya sepedaan kali ini. Selama perjalanan orang-orang selalu mengira *oO iki mesti nggo peringatan Kartinian* haha, tanpa menggunakan embel-embel spanduk dari kostum yang kita pakai kita sudah ikut andil dalam memperingati sosok pahlawan perempuan Indonesia yaitu *Ibu Kartini.
menggunakan kostum jaman dulu
Perjalanan gowes ke pantai lebih lama dari biasanya, maklum dengan jumlah peserta yang banyak sehingga harus saling tunggu-menunggu dan salip-menyalip. Akhirnya sampailah kita di pantai Depok, kemudian berfoto-foto dan membeli bakso tusuk. Sebenarnya pemandangan pantai ini sudah menjadi hal yang biasa bagi kami, namun yang tidak pernah terbelikan adalah kebersamaan kita untuk bersama-sama kembali. Setelah matahari semakin panas kita segera pindah haluan menuju ke pantai Parangtritis, yang katanya sedang ada balapan motor race.
menuju pantai Parangtritis
Melewati rute jalan di tengah-tengah gumuk pasir, merupakan rute yang menyenangkan, seperti yang telah saya ceritakan di sepedaan-sepedaan sebelumnya. Ternyata ada yang baru, yakni sekarang telah dibangun seperti gapura atau tugu selamat datang. Paling fungsi dibangunnya tugu ini adalah untuk memberitahukan bahwa gumuk pasir Parangtritis ini merupakan salah satu cagar alam yang perlu dilestarikan karena tidak ada gumuk pasir lain di Indonesia selain yang ada di Parangtritis ini.
foto di pantai *Kartini n Kartono*
Setelah kita sampai di pantai Parangtritis ternyata banyak umbul-umbul dan terdengar bising suara motor yang sedang race road balapan di sepanjang pasir pantai, karena waktu itu sudah terlalu panas kita lebih memilih untuk pulang saja. Langsung saja kita ambil belok kiri dan kembali menuju jalan Parangtritis dan siap-siap kembali pulang menuju desa tercinta. Sepanas apapun cuaca hari itu, bersepeda tetap menjadi suatu hal yang menyenangkan. Sampai jumpa dengan cerita travelling selanjutnya ^ ^.

Minggu, 14 April 2013

Sepedaan dan Bersih-Bersih Sampah di Pantai Depok Feat Mahasiswa JMI UAD

Minggu, 14 April 2013 aku dan Dwik sudah ada rencana gowes ke pantai. Tidak seperti biasanya jam 5.45 dia sudah standby di rumahku kita sudah siap untuk bersepeda. Pagi waktu itu agak mendung, yakni sisa-sisa hujan tadi malam, tapi lama kelamaan cahaya sinar sunrise sudah muncul dari balik jajaran gunung Sewu, sinar kuning kerorange-orange wauw it’s wonderful.

Pagi itu jalan paris sudah crowded banget, maklum weekend banyak yang bertandang ke pantai untuk refreshing yang jelas. Seperti biasa di jalan selalu bertemu dengan para pengendara sepeda lain dengan merk dan jenis sepeda lainnya. Apapun jenis dan merk sepedanya yang penting semua enjoy dan safety di jalan. Tujuan destinasi sepedaan kali ini ke pantai Depok, ya berharap nanti ketemu teman lama dan diajakin makan ikan bakar gratis (*mimpi kali ye).
momonway
Dwik tak ajakin lewat rute di tengah batas gumuk pasir dengan persawahan, karena rute disini lebih menyenangkan yakni jika sudah berada di tengah-tengah vegetasi hutan jambu mete dan pohon mirip kurma seperti kayak di hutan di luar negeri, indahnya. Namun jangan salah ada kejutan-kejutan jalan naik turun yang sangat menyenangkan, selain itu jalannya sepi banget jadi *privacy kita terjaga hehe #ups. Rute jalan yang kita lewati ini nanti akan melewati Lab GeoSpasial gumuk pasir yang selalu sepi, *yach emang di pagi hari libur pula. Akhirnya sampailah kita di pantai Depok, kita lebih memilih untuk parkir di landasan saja sehingga bebas beraktivitas dan free hehe.
landasan pantai Depok
Sepertinya pengunjung yang datang banyak sekali, begitu juga para bikers, waktu itu ada mas-mas yang pake pit unta dan aku pingin pinjem buat foto-foto tapi belum berani untuk minjem hehe, maybe lain kali. Minum dulu ahh *brr Alhamdulillah segernya, ternyata pagi itu benar-benar cerah.
I like bike
Kemudian Dwik ngajakin untuk ke pantai, nah biasanya aku dengan mbak Watik Cuma nyampe landasan aja males mau ke pantai, tapi kalau yang ini pingin juga ke pantai akhirnya sepeda *black middle balapku dibawa juga ke pantai. Ada berderet-deret perahu nelayan yang sedang diparkir di bibir pantai. Kita foto-foto dan menikmati keindahan laut yang ombaknya selalu terdengar memukau tapi menakutkan pula.
black middle balapku di pantai Depok
Namun sepertinya pantai Depok semakin lama semakin kotor, yakni sampah bertebaran dimana-mana, harusnya dari tarif retribusi masuk itu digunakan untuk memperbanyak pekerja pembersih pantai sehingga pantai selalu terjaga. Huft, orang Indonesia itu pelum sadar dan paham kalau buang sampah itu harus di tempat sampah, tapi dibuang *werr begitu aja.
Dwik (*my funiest friend
Sembari foto-foto, dari arah barat terlihat sekumpulan orange-orange yang kebanyakan adalah wanita, ternyata mereka sedang melakukan bersih-bersih pantai, sepertinya aku tau mereka beralmamater kampus UAD, dengan semangatnya, mereka memunguti sampah yang ada dengan membawa karung plastik sampah. Benar-benar tindakan yang real dan aku super salutt dengan mereka, mungkin ini adalah proker organisasi mereka. Tanpa malu-malu mereka dengan sigap membersihkan pantai, seketika bibir pasir pantai yang dilewatin seketika menjadi lebih bersih.
mahasiswa UAD yang lagi bersih-bersih pantai Depok
Sebenarnya kegiatan ini harus ditiru oleh anak-anak Geografi, yang notabene keilmuannya dekat dengan lingkungan, tapi ini justru mahasiswa UAD, aku tertarik untuk gabung dan tanya-tanya dengan mereka. Ternyata mereka dari Himpunan Mahasiswa Kesehatan Indonesia, jadi mereka dari latar belakang jurusan yang berbeda. Mereka ternyata mengadakan kegiatan bersih-bersih pantai adalah untuk memperingati Hari Bumi. Seketika itu aku trenyuh, mana kegiatan HMPG? Untuk memperingati Hari Bumi? Apa kegiatannya hanya seminar yang berupa teori tanpa adanya aksi sama sekali. Aku pikir aksi dan tindakan real seperti ini lebih layak disebut sebagai peduli lingkungan daripada hanya orasi dan mendengar teori-teori kepedulian lingkungan yang ada di seminar-seminar kampus.
semangat memunguti sampah-sampah
Akhirnya gabung sama mereka dan merasa seperti sebagai mahasiswa kembali, rasanya semangat mereka mengingatkan padaku ketika waktu aku lagi semangatnya menjalankan proker-proker HMPG, memang sesosok mahasiswa yang idealis itu pernah menyapaku, namun apalah aku sekarang. Aku tetap belajar untuk memahami hidup di manapun aku akan berada because *aku belajar maka aku ada. Sepedaan pada kali ini aku bertemu dengan mereka-mereka yang membuatku semangat kembali untuk belajar memahami lingkungan. mereka benar-benar mahasiswa super.
aksi kecil merangkul bumi *a good theme I think
Waktu sudah semakin siang dan panas waktunya untuk siap-siap gowes dalam perjalanan pulang, mampir ke pasar Pundong ditraktir soto ayam milik ibunya Dwik dan bakwan goreng yang enak. Nikmatnya minggu pagiku ini, dengan segenggam cerita berbeda dari sepedaan yang tidak seperti biasanya #SepedaMomonway ^ ^.

Kamis, 04 April 2013

PENDAKIAN VERTICAL CLIMBING MERAPI 2013

Pendakian gunung Merapi ini bukan berarti sebagai acara pendakian siapa, yang mengadakan siapa, dan yang tetap jadi berangkat siapa. Apalah artinya sebuah masalah dan kesalahan, jika keberanian diri masih ada pada diri dan jiwa masing-masing, semua itu tergantung  pada bagaimana kita mau menyikapinya.
 
Pendakian Merapi kali ini kita berusaha untuk bisa merubah ketidakjelasan menjadi jelas, ketidakpastian menjadi pasti, keraguan menjadi sebuah keberanian, membuat rekam jejak cerita,  dan pembuktian diri bahwa semua bisa menjadi kenangan dan cerita pendakian yang selalu berbeda. Finally, sampai di puncak Merapi dengan kepuasan kemenangan yang lebih dari biasanya (Six Fighters: *Papa Jo, Tarom, Dimas, Amin, Anes, mb Gita 3-4 April 2013) With Theme “Puncak Merapi Berada di Bawah Telapak Kaki Dimas” Hehe ^_^
the six Fighters
Pendakian merapi ini sebenarnya merupakan pendakian untuk kedua kalinya bagi momonway, karena di pendakian ini sejatinya untuk mengantarkan dimas sampai di puncak Merapi. Kita berenam berangkat dari Jogja pukul 17.00 sore, kemudian sampai di basecamp New Selo sekitar pukul 19.00 perjalanan menuju basecamp waktu itu berbeda dengan biasanya karena jalan dipenuhi oleh kabut yang tebal, sedangkan jalan yang kita lewati adalah jalan eksterm naik turun, tentunya perlu ekstra hati-hati.

Sesampainya di basecamp kita cari masjid dulu buat solat Isya’ n Maghrib, kemudian di masjid itu aku benar-benar *miris, karena disitu ada sekitar 6 anak-anak 1 diantaranya adalah perempuan yang sedang belajar bersama mengerjakan soal matematika sambil menunggu waktu adzan Isya’. Mirisnya lagi buku yang mereka gunakan hanya 1 dan digunakan secara bersama-sama, itupun juga merupakan buku pinjaman dari perpus sekolah mereka. Seketika aku dan Anes ikutan menunggu adzan Isya’ juga ikut bantu belajar untuk memecahkan soal matematika. Senengnya, baru kali ini pendakianku dipertemukan dengan kejadian seperti ini.

Anehnya lagi ketika sudah waktunya adzan Isya’ yang mengumandangkan adzan juga salah satu dari mereka, begitu juga yang pujian dan setelah diperhatikan yang menjadi imam sholat juga salah satu dari mereka. Dibenakku pun berpikir kemana orang-orang tua mereka, kenapa yang memakmurkan masjid justru malah anak-anak, kenapa yang lain tidak ada?? Pertanyaan besar itupun menggelayuti pikiranku. Tapi itu adalah realita kebenaran yang ada.

Setelah makan nasi goreng telur kita berenam segera packing untuk menyiapkan pemberangkatan pendakian. Kita tenteng tas carrier dan kita mulai pendakian dengan berdoa. Jalur New Selo dengan nafas pertama kita mulai *berkali-kali nafas di tanjakkan pertama itu rasanya berat banget, sedikit-sedikit kita lewati. Jalur pendakian Merapi merupakan vertikal climbing, karena di jalur pendakian yang kita lewati ngetrack keatas tidak pernah ada jalan bonus datar maupun turun, hehe.
jalur New Selo
MLML menjadi pilihan pendakian kita waktu itu yakni “mlaku leren mlaku leren” hal ini terbukti waktu perjalanan pendakian menjadi sangat lama namun tidak terlalu melelahkan, sedangkan setelah gapura selamat datang pendakian Merapi kita ternyata melewati jalur Kartini dan sebelumnya aku belum pernah melewati jalur ini. Katanya jalur Kartini jalannya lebih landai dan tidak terlalu vertikal. Namun dari jam 9.00 kita berangkat mendaki sampai di pos dekat Pasar Bubrah sekitar jam 3.00 pagi. Rasanya sudah pingin tidur namun dome belum jadi *hoammph.
melewati jalur Kartini dan istirahat sebentar
Jam 3.30 pagi kita baru tidur dan jam 6.00 kita bangun sholat subuh, namun sayang sekali pagi itu kita tidak bisa melihat sunrise, huhu. I think, it doesn’t matter yang penting segera masak kopi, mie dan sarapan. Wah-wah baru pendakian ini juga ada banyak makanan ada nasi, ayam, sambal, lalapan, roti tawar, susu wauww padahal kita cuma berenam.
bangun pagi
Walaupun Cuma berenam tapi kita bawa 2 dome, bagus kan bentuk dome yang kita dirikan, dengan background dome dan gunung Merbabu kita mendokumentasikan kenangan dan cerita pendakian. 
very beautifull background
Dinginnya pagi itu benar-benar membuat kita untuk malas bangun, rasanya masih pingin untuk tidur lagi. Setelah kita bangunkan semua, sekitar jam 07.30 kita bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan untuk menuju puncak. Jalur yang kita lewati masih berbatu dan masih bervegetasi itu artinya kita baru mau sampai di *geger baya”  capekknya.
tracking menuju geger baya
Suasana pagi memang sangat bagus untuk berfoto-foto, di sepanjang perjalanan jalur yang kita lewati, sering bertemu dengan rombongan bule-bule yang juga sedang melakukan pendakian. Kita pikir hari Rabu-kamis itu sedikit yang mendaki tapi ternyata tidak, banyak juga yang sedang melakukan pendakian. *Hello Good morning mister* begitu sapaku untuk mereka, hehe.
Setelah mengatur pernafasan sedikit-demi sedikit akhirnya geger baya bisa kita lewati, diatas geger baya ini gunung Merbabu terlihat hijau dan begitu kokohnya.
semangat untuk tetap sampai puncak Merapi
Patahan pundak merapi pun terlihat meliuk dengan gemulainya, pundak merapi ini jika dilihat dari rumahku yang ada di Bantul sana terlihat sebagai undak-undak patahan merapi. Foto dulu ahh.
pundak Merapi yang benar-benar meliuk indah
Nah hamparan batuan, pasir dan kerikil sudah terlihat luas, welcome to Pasar Bubrah yang menjadikan ciri khas tempat ini adalah tugu batu memoriamnya dan alat pengukur gempa vulkanis atau yang biasa disebut sebagai seismograph.
di tugu memoriam at Pasar Bubrah Merapi
Teringat pendakianku di tahun 2011 dulu, setelah sampai di pasar Bubrah ini kita melewati jalur pendakian yang salah, yakni melewati jalur pasir vertikal dengan kemiringan 60 derajad, kalau diinget-inget sampai berdarah-darah perjuangan waktu dulu. Untungnya sekarang kita sudah tau jalur menuju puncak yang benar adalah melewati jalur yang sebelah mana, ternyata melewati jalur pasir yang di sebelah timur. Jalur pasir yang kita lewati membuat langkah kaki kita kadang jadi mlorot-mlorot, tapi sedikit demi sedikit bisa kita lampaui juga.
track pasir dengan kemiringan sekitar berapa ya??hihi gak bawa ubneylevel sih
Masih dalam perjalanan menuju puncak Merapi akhirnya daripada melewati jalur pasir, kita lebih memilih melewati jalur yang berbatuan, karena kita pikir tidak licin dan tidak mlorot-mlorot. Batu-batuan besar di Merapi selalu menjadi pemandangan yang luar biasa, tak pernah berhenti aku selalu mengucapkan doa-doa minta keselamatan kepada Alloh dan memuji ciptaannya yang Maha Besar.
melewati jalur bongkahan bebatuan harus ekstra hati-hati
Mendaki itu sangat capek, kadang aku dengan Anes sering berpendapat *Nes, sepertinya kita punya hoby mendaki itu seperti memiliki hoby yang bodoh, kenapa kita lebih memilih tempat-tempat yang menantang butuh perjuangan, jika kita lebih memilih untuk tinggal di rumah, tidur di atas kasur empuk dan kenyamanan dengan ditunjang fasilitas yang serba ada. Tapi memang inilah adventure semua tantangan dan petualangan akan lebih menjadikan kita untuk lebih mensyukuri hidup.
Setiap melewati bongkahan-bongkahan batu besar, kita melihat wajah Dimas yang kembali memucat (*aku berpikiran apakah anak ini nantinya bisa sampai puncak?). Ternyata pertanyaanku ini benar-benar terjawab dan akhirnya kita bisa sampai di Puncak Merapi dengan selamat. Kita sampai di bibir kawah yang selalu tertutup asap dan kabut. Kita berenam bersyukur dan memanjatkan doa kebahagiaan.
sampai di Puncak Merapi
Maka untuk tema kali ini benar-benar *Puncak Merapi berada di bawah Telapak Kaki Dimas* hehe.
Namun Puncak Merapi sedang berkabut huhu
Pendakianku yang kedua di Merapi ini walaupun pernah di tempat yang sama namun memiliki cerita yang berbeda di setiap pendakiannya. Walaupun capek tapi kita punya kepuasan tersendiri.
momonway is aminfitriyah
Setelah sudah lama berada di puncak Merapi, kita berenam memutuskan untuk segera turun dari puncak, ya beginilah pendakian setelah sampai puncak pun kita harus turun kembali. Untuk turun kita harus lebih ekstra hati-hati agar tumpuan batuan yang kita injak tidak membuat kaki kita tergelincir ke bawah.
Moment yang paling menyenangkan ketika turun adalah ketika melewati jalur pasir, rasanya seperti *sandskating* berselancar di pasir haha, kita semua turun dengan tertawa bahagia seperti anak-anak kecil, tapi itulah kebahagiaan.
makan ayam bakar di gunung
Sampai di dome kita  makan ayam bakar yang dibakar dengan gas, hmm enak karena lapar. Baru kita menikmati makan siang ayam bakar plus sambal, gerimis datang dan mengguyur rintik-rintik. Semakin lama guyuran itu semakin deras, alhasil kita belum siapp packing dan akhirnya dalam kondisi barang-barang kita basah dan secara asal-asalan semua dimasukkan ke carrier gak tau itu barang bawaan siapa yang penting semua masuk.
Berangkat dengan beban berat dan turun pun dengan beban yang lebih berat karena barang bawaan semakin banyak dan basah, jam 12.00 siang kita turun, dan jam 16.30 kita sampai di New Selo.

Itulah cerita pendakianku pada waktu itu di gunung Vulkanis yang paling aktif di dunia yaitu *M-E-R-A-P-I*.
Sekian ^ ^
Selamat berjumpa dengan cerita perjalananku selanjutnya, thanks.