Senin, 27 Agustus 2012

Mengunjungi Candi Prambanan


Setelah sekian lama hanya lewat wira-wiri di jalan ring-road Yogya-Solo akhirnya waktu ini aku bisa melewatkan untuk masuk ke Candi Prambanan. Agak aneh memang, sebagai warga DIY, baru kali ini aku ke Candi Prambanan. Candi yang terkenal legendanya tentang Bandung Bondowoso dengan Seribu Candi-nya.
Prambanan Temple
Hari Kamis, 23 Agustus 2012 masih merupakan hari libur lebaran, sehingga antusiasme hilir mudik orang untuk mengunjungi tempat-tempat wisata, termasuk wisata arkeologi candi Prambanan ini. Harga tiket masuk Rp 30.000 untuk satu orang, agak mahal memang namun waktu itu untungnya aku hanya diajak jadi Alhamdulillah ada yang bayarin. Ternyata ada peraturan baru sekarang, yakni pengunjung candi wajib memakai sarung. Namun karena banyaknya pengunjung wisatawan waktu itu sehingga kami berempat tidak kebagian sarung, sehingga walaupun telah ada peraturan namun karena kondisi suatu hal, jadi tidak menaati aturan tersebut, bukan salah kita kalik ya, he he.
sarung yang wajib dipakai pengunjung candi
Sebenarnya kala menikmati tempat wisata lebih indah ketika sedang dikala sepi pengunjung, namun kami sadar bahwa tempat ini adalah milik semua sehingga untuk mendokumentasikan moment harus sabar mengantri.
momonway at candi Prambanan
Ternyata candi Prambanan ini, menghadap arah timur, dan kami tidak tau arti filosofisnya apa memang candi Prambanan ini merupakan candi agama Hindu karena dari ciri-ciri fisiknya atap candi ini meruncing menantang langit.

Waktu itu terbesit di benakku tentang bagusnya toleransi orang muslim di Indonesia, aku pikir hari ini merupakan hari lebaran ke-4, masih dalam nuansa syawalan orang bersilaturahmi, seharusnya orang muslim mengunjungi tempat yang islami, namun saking indahnya pluralitas di Indonesia, candi Prambanan yang merupakan peninggalan sejarah agama Hindu, namun sebagian besar pengunjung adalah wanita berjilbab. Aku pikir itu bukan merupakan masalah, tapi menjadi bukti bagusnya orang muslim di Indonesia untuk toleransinya, he he.

Diantara hiruk-pikuknya pengunjung kami berempat menyempatkan untuk foto bersama.
kami berempat
Relief candi banyak yang sudah rusak, dan banyak yang direkonstruksi ulang, apalagi setelah terjadinya gempa 27 Mei 2006 yang mengakibatkan kerusakan parah pada candi ini. Namun usaha untuk menjaga cagar budaya peninggalan sejarah ini sepertinya selalu dipelihara oleh pihak pengelola candi walaupun belum maksimal.
relief candi Prambanan
Pada saat kami masuk pintu candi terlihat sudah pukul 4 sore, sehingga kami bisa menikmati senja di candi Prambanan. Namun tak terasa sepertinya waktu semakin petang sehingga kami harus bisa memanage waktu agar bisa mengunjungi semua sudut-sudut candi dengan berkelebat banyaknya pengunjung.
keluar dari kompleks candi
Candi Siwa baru direkonstruksi sehingga candi yang paling besar ini masih dikelilingi jeruji besi jadi tidak dapat diakses dan dimasuki oleh pengunjung, kemudian segera berjalan menuju pintu keluar candi.

Terlihat tanda menuju museum dan waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, kemudian kami berempat bimbang mau masuk museum apa tidak, kemudian penjaga museum mau menutup pintu, dan menawari kami berempat untuk mau masuk apa tidak, langsung kami masuk, dan setelah kami masuk, kemudian pintu langsung ditutup. Agaknya waktu itu kami menjadi pengunjung museum yang terakhir, he he.


Karena waktu sudah remang-remang, sehingga kami berempat langsung berkeliling cepat dan segera pulang menuju pintu keluar candi, ternyata capek juga jalan-jalan sore waktu itu, segera pulang ke rumah.

Rabu, 08 Agustus 2012

Berburu Kepiting Bersama Teman-Teman Lokal

Selama enam hari berada di Karimun menjadikan Pak Taka, Dimas N Baskoro deket dan mendapatkan teman lokal setempat, sering setiap malam mereka begadang hingga jam 1 malam untuk saling bertukar pikiran katanya. Sebagai perempuan kebiasaan begadang bukan merupakan kebiasaan kami jadi aku dan anes lebih suka di kamar homestay membicarakan masalah yang ada atau apapun.

Di hari terakhir di pulau Karimun kita diajaki untuk berburu kepiting laut di pinggir kanal pantai. Tentunya menjadi tawaran yang  menyenangkan, kita diajakin berburu kepiting yang masih fresh dari pinggir pantai, dengan alat penangkap yang sudah disiapkan akhirnya perburuan kepiting segera dilakukan. Untuk hal macam ini sepertinya peran aku dan Anes tidak terlalu dibutuhkan jadi kita berdua mementingkan untuk bersepeda sore ke dermaga dan bertemu bule-bule yang sepertinya hari itu baru datang.
sup kepiting hasil tangkapan tadi sore
Malamnya kita diundang untuk makan bersama di tempat Bang Jay untuk makan hasil perburuan kita sore tadi yakni sop kepiting rebus asam. Wouw..sulit bagi kami gimana caranya makan kepiting-kepiting ini, makanya dari tadi kepiting-kepiting tersebut belum ada yang kami sentuh. Norak, habis maklum kita anak daratan yang belum pernah makan kepiting. Langsung aja bang Jay memberi contoh cara makanya. He he…
makan malam bersama

Akhirnya malam itu menjadi malam perpisahan bagi kami, terutama Pak Taka, Dimas dan Baskoro yang sudah begitu kenal dekat dengan mereka, dan sedikit bagi aku dan Anes. Namun kebersamaan makan sup kepiting asam, malam itu menjadikan hal yang mengesankan dari santapan malam yang spesial.