Sabtu, 24 Maret 2012

Kawanan Burung Bangau Itu Menyapaku

Pagi ini, setelah aku bangun pagi cuaca mendung tidak seperti biasanya. Jadi mataharipun malas untuk menampakkan diri. Namun aku beranikan untuk keluar rumah, pastikan jelas sekali yang selalu aku temui adalah hamparan sawah yang mengelilingi rumahku, maklum rumahku “mewah” yang tentunya mengartikan mepet sawah.

Karena sawah di sekeliling rumahku baru aja ditanami padi yang umurnya kurang lebih baru sekitar 1 mingguan atau lebih tepatnya aku juga lupa, kadang aku kurang care juga, he he. Tiba-tiba pagi itu aku dikejutkan oleh mungkin ratusan burung bangau yang terbang kemudian turun didepanku, seakan-akan kawanan burung bangau itu tak mau peduli dengan keberadaanku disitu. Otakku langsung berpikir segera ambil camdig, yaa kemudian sontak pikiranku juga terpikir seandainya aku punya DSLR, layaknya seorang photographer pasti jangkauan lensa, focus and pengaturan lainnya pasti dapat mendokumentasikan moment tersebut dengan baik. #Ups tapi tak apalah, aku gunakan camdig sederhanaku.
burung bangau berwarna putih
Aku juga berpikir yang penting aku bisa tuliskan peristiwa tersebut, entahlah hasil tulisan ini pun gak tau akan dinilai seperti apa. Tapi yang penting menulis sajalah, karena umur tulisanmu tentunya akan lebih panjang dari pada umur manusia, he he. Burung Bangau yang terbang kesana-kemari

Senin, 05 Maret 2012

TRAX-TRADA SEPEDA HIBRIDAKU

When mountain meets road”, masih teringat itulah slogan yang terdengar, saat sepeda hybrid dikeluarkan oleh produsen sepeda merk polygon di tahun 2006, yaitu TREXIA. Sepeda yang lahir hasil perpaduan antara dua jenis sepeda yaitu sepeda gunung dengan sepeda balap atau soad bike. Inovatif memang, terbayang sepeda gunung yang nyaman dikendarai di jalan raya.

Terinspirasi oleh trexia memaksa X-Trada keluaran tahun 2006 sedikit turun kelas. Sepeda ini termasuk dalam jenis MTB alias sepeda gunung yang memang cocok digunakan pada jalan dengan beragam kondisi. Kini setelah berumur 5 tahun saatnya turun gunung dan melaju dijalan aspal atau rata. Beradaptasi dengan jalan aspal yang lebih rata maka X-Trada mengalami sedikit perubahan, agar lebih nyaman saat digowes.

Perubahan yang dilakukan tidaklah terlalu banyak, terbukti hanya pada bagian fork, ban dan handle bar. Selebihnya masih mengandalkan komponen bawaan yang masih layak untuk dipakai.

Ban yang awalnya menggunakan ukuran 26x1,95 diganti dengan ukuran 26x1,5 yang terbukti sepeda akan terasa lebih ringan saat digowes. Dengan ukuran tapak ban yang lebih kecil maka hambatan yang ditimbulkan juga kecil. Cara ini bertujuan agar kayuhan sepeda bisa mencapai kecepatan yang diharapkan, mengingat medan yang kita lalui adalah jalan aspal atau on road.
ban ukuran 26x1,5
Beralih ke fork yang sebelumnya berperedam kejut, diganti dengan fork rigid alias tanpa peredam kejut atau kaku. Pemakaian fork rigid ini menyesuaikan kondisi jalan aspal yang relatif rata. Disamping itu fork rigid memiliki bobot yang ringan. Kayuhan sepeda juga tidak tereliminasi oleh gerakan naik turun fork, sehingga laju sepeda optimal.
fork rigid warna putih
Handle bar yang awalnya type rise bar diganti dengan jenis flat bar atau datar. Ketika dikendarai terasa sekali posisi jadi sangat aerodinamis karena badan cenderung membungkuk. Pengendalian sepeda dalam besmanurer jadi lebih mantab.
flat bar
Penggantian beberapa komponen seperti ban, fork dan handle  bar sekedar untuk menyesuaikan terhadap kondisi jalan yang rata. Selain itu juga untuk mendapatkan bobot yang lebih ringan, cara ini tergolong simpel dan mudah.

Terkesan sedikit turun kelas memang, sepeda yan awalnya diperuntukkan dalam berbagai trek dengan beragam kondisi kini melaju di jalan raya. Sebuah sepeda gunung yang menjelma menjadi sepeda jalan raya yang identik dengan kecepatan. Dan inilah TREXIA, maaf! Inilah TRAX-TRADA.
Trax-Trada

Ditulis oleh: Syuhud_182