Senin, 05 Januari 2015

Mencari Sayuran Tanaman Pakis di Ladang Hutan Long Berang

Rabu, 12-2-2014, sepulang dari sekolah seperti biasa kami masak lalu makan siang. Kemudian kita diajak oleh teman-teman guru SMP untuk mencari sayuran pakis di hulu sungai Puruh. Biasanya setelah jam makan siang kita tidur siang, lumayan karena ada yang mengajak mencari sayuran pakis membuat jiwa kami bersemangat kembali, setidaknya ada hiburan aktivitas kegiatan di luar kebiasaan.
Satu perahu ketinting dimuat 8 orang ^ ^
Untuk menuju hulu sungai Puruh ini harus menggunakan perahu ketinting, sehingga jam 14.00 siang kita sudah siap untuk berangkat. Sebenarnya jumlah penumpang normal untuk 1 ketinting adalah 4 orang maksimal. Namun kali ini 1 ketinting kita gunakan untuk 9 orang (aku, kak Dwi, Bu Mar, Bu Mer, Bu Lia, Bu Yumnas, Pak Eko, Pak Ber, dan Pak Andian sebagai motorisnya). Benar-benar menyalahi aturan pelayaran lalu lintas sungai, mungkin jika ada polisi lalu lintas sungai, kita benar-benar bisa ditilang, haha…. Tapi ini kan di pedalaman sungai Kalimantan, jadi tidak ada yang peduli sama sekali dengan keberadaan kita, namun masing-masing dari kami tetap waspada dengan keselamatan diri masing-masing.


Kebetulan air sungai debitnya agak kecil sehingga ketika masuk di jalur sungai Puruh perahu ketinting seperti terasa sedang menabrak batu. Perasaan was-was bikin jantung deg-degan juga walaupun katanya sungai ini dangkal, jika perahu karam kita yang tidak pandai berenang ini pasti ketakutan setengah mati, hehe. Alhamdulillah setelah selang beberapa menit perjalanan dan melewati giram-giram batu akhirnya kita sampai di ladang pakis hutan. Sebelumnya agak penasaran juga seperti apa bentuk tanaman pakis yang dapat kita makan. Setelah melihat contoh beberapa pucuk pakis yang dipetik oleh Bu Mar dan Bu Mer akhirnya kita bisa memetik pakis.
Sawung yang aku pakai ini bisa melindungi panasnya sinar matahari Kalimantan
Hari itu sangat panas, untungnya aku dipinjami Bu Mer sawung kalau di Jawa mirip dengan *caping sebagai topi penutup kepala. Sehingga sedikit mengurangi sengatan cahaya terik matahari. Ketika mengambil pakis pun harus ekstra hati-hati karena penuh dengan semak belukar dan adanya hewan penghisap darah *pacet yang menggelikan. Setelah berhasil mengambil beberapa pakis kemudian kita memutuskan untuk istirahat di pondok gubuk seseorang. Kebetulan kita juga menemukan buah jeruk kebun yang jatuh dari pohon, lumayan dapat kita makan bersama dan rasanya cukup manis, hmmm.

Tiba-tiba kita dikejutkan dengan suara histeris Bu Mer dan ternyata kakinya digigit pacet penghisap darah, lantas semuanya ikut lari menjerit ketakutan, hehe. Habis itu kita tertawa bersama menertawai ketakutan masing-masing karena hewan kecil satu itu. Jam sudah menunjukkan pukul 15.00 kemudian kita mau mencari rebung, tapi kita tidak bisa mengambilnya, lantas kita langsung kembali menuju tepian sungai sambil menunggu kepulangan Pak Ber, Pak Eko dan Pak Andian.
Nungguin perahu di pinggir anras
Sambil menunggu kedatangan mereka memancing, kita bermain air di pinggir anras sambil foto bersama. Sudah hampir setengah jam kita menunggu tapi mereka tak kunjung datang juga. Kemudian kita berjalan menyusuri anras jalan ke hulu, dan muncullah perahu ketinting yang kita tunggu. Lalu kita segera kembali dan naik perahu lagi. Namun untuk melalui giram-giram berbatu kita harus turun dari perahu karena muatan penumpang terlalu banyak. But it’s okay….
rehat di gubuk ladang
Kemudian setelah yang perempuan berhasil memetik pakis, dan yang laki-laki berhasil memancing beberapa ekor ikan kemudian kita bersembilan melanjutkan perjalanan pulang menuju mes dengan penuh keceriaan. Hal ini merupakan pengalaman kami yang luar biasa, kebersamaan yang indah tentunya. Kebersamaan di perjalanan perahu ketinting bersembilan orang, mungkin alat transportasi ini tidak pernah kami gunakan, jika kami tidak mengikuti program 1 tahun mengajar di daerah pedalaman Kalimantan seperti ini.
Setelah dapat pakis segera perjalanan pulang ke mes
Semoga aku selalu bisa mensyukuri nikmat-Mu ya Rabb, atas kesempatan luar biasa yang selalu engkau berikan kepadaku. *Tetap menguatkan mimpi untuk bisa mengelilingi pulau-pulau di Indonesia. I will go to around the archipelago of Indonesia, *Bismillah…. ^ ^.

Pesta Kebun Di Air Terjun Besar Long Berang

Minggu, 20-10-2013 kita diajakin refreshing oleh teman-teman guru SMP N 1 Mentarang Hulu, yaitu pak Berly dan Pak Bustang. Kita diajakin untuk bakar-bakar ayam di air terjun, ternyata air terjun yang ada di Long Berang ini ada 2 tempat, dan tempat yang pernah kita kunjungi adalah air terjun kembar Long Berang. Sebelumnya kita berpikir untuk bakar-bakar ayam nanti di air terjun kembar, ternyata dugaan kita salah yaitu kita diajakin menuju air terjun besar. Sehingga perjalanan menuju lokasi air terjun ini harus menggunakan ketinting *perahu kayu kecil. Perjalanan air sungai ini merupakan perjalanan yang menegangkan terutama bagi yang tidak pandai berenang seperti kami. Jadi pelampung merupakan bagian perlengkapan perang yang wajib harus kami kenakan, hehe.
Semakin bersahabat dengan alat transportasi ini *Ketinting
Kita berangkat jam 14.00 sudah ada 2 ketinting yang siap membawa kami pergi jalan-jalan. Terlihat sang motoris adalah siswa-siswa SMP kami yaitu Lasung dan Doni, badan mereka terlihat masih sangat kecil namun diusia dibawah 15 tahun mereka sudah pandai dalam menahkodai perahu kayu kami. Perjalanan pun dimulai, saatnya kembali merasakan perjalanan sungai yang menakjubkan melewati jeram-jeram batu besar dan giram. Sehingga kapal pun sudah terbiasa bergoyang ke kiri dan ke kanan. Untuk mencapai ke air terjun ini kita berjalan ke hulu jadi perahu harus melawan arus. Masing-masing dari kami sudah berdoa di dalam hati, semoga perjalanan kali ini lancar.
Ketinting dipinggirkan dulu untuk beli bensin ^ ^
Kita harus mengisi bensin ketinting terlebih dahulu, jadi perahu sering merapat ke tepian sungai untuk berhenti kemudian perjalanan kita lanjutkan. Setelah perahu berjalan sekitar 20 menit sampailah kita di lokasi air terjun, namun untuk menuju lokasi air terjun ini kita harus berjalan masuk kedalam huan sekitar 5 menit saja, jadi tidak terlalu jauh masuk ke dalam hutan. Sesampainya kita di lokasi air terjun ini tempatnya benar-benar teduh dan bagus. Air terjunnya pun cukup lumayan besar sehingga cipratan-cipratan air yang dihasilkan sangat segar dan fresh.
Bakar ayam ala suku Dayak Lundayeh
Persiapan dari rumah kita sudah membawa 2 ekor ayam yang sudah direbus sehingga sesampainya di air terjun kita tinggal membakarnya saja. Tidak perlu membawa panggangan karena kita menggunakan apa yang sudah disediakan oleh alam. Kita mengambil kayu di pinggir sungai, dua batu besar, dan batang pohon seperti pohon salak namun sangat besar, dahan kayunya bisa kita gunakan untuk menusuk daging ayam dan kita tata secara horizontal diatas bara api kemudian daging ayam yang sudah diberi bumbu masak dan kecap kita taruh diatasnya. Benar-benar sangat keren memanggan daging ayam di pinggir air terjun, mungkin jika aku tidak di tempat ini, aku tidak pernah merasakan moment indah seperti ini. Bau harumnya daging yang terpanggang semakin membuat kami lapar. Kami juga membawa bawang putih, bawang merah dan cabai untuk dijadikan sebagai sambal kecap, kita iris-iris di pinggir air terjun.
wajib basah di air terjun
Setelah proses pembakaran selesai, saatnya kita menikmati makan bersama karena sebelumnya kita sudah membawa bekal nasi yang cukup. Benar-benar sensasi yang nikmat makan di dekat derasnya air terjun besar Long Berang yang indah. Setelah selesai makan kita segera mandi dan berenang bersama di dasari air terjun. Teman SM3T kami si Dwining dia berenang dengan menggunakan pelampung dan kami pun berfoto-foto ria. Bagi yang tidak mau mandi kita tarik semuanya untuk merasakan basah-basah di air. Kita pun menikmati moment itu dan gembira bersama.
Moment yang indah bersama mereka
Jam 16.00 kita segera kembali pulang, namun kita mampir sebentar di percabangan Sungai Mentarang kita foto-foto dan mandi basah-basahan di sungai kemudian melanjutkan perjalanan pulang kembali menuju mes sekolah kami. Hari minggu kali ini menjadi moment yang sangat menyenangkan. Happy Sunday in the middle of Long Berang ^ ^.

Mancing dan Kemah di Anras Sungai Mentarang

Selasa, 8-10-2013 kami berangkat ke sekolah seperti biasa, jam 07.20 kita sudah sampai di kantor. Banyak kegiatan yang kami sering lakukan di sekolah selain mengajar, yaah untuk menambah kesibukan biar tidak pernah bosan. Kebetulan hari ini temen kami Joko Seko akan turun ke kota yaitu untuk keperluan ikut pertandingan bola voli di Malinau mewakili club di Pulau Sapi dan sekaligus untuk membeli kebutuhan logistik kami yang sudah hampir habis.

Pak Marthen (Kepala Sekolah kami) tiba-tiba mengajak untuk pergi mencari ikan, mungkin karena melihat kebosanan di wajah kami berempat dengan rutinitas itu-itu saja, jadi beliau membuat acara dadakan. Pak Marthen memiliki hobi memancing dan berburu di hutan, hobi ini merupakan hobi yang sering dilakukan oleh penduduk setempat di daerah-daerah Long seperti Long Berang. Kemudian beliau mengajak guru-guru SMP N 1 Mentarang Hulu dan memanggil beberapa siswa yang memiliki ketinting untuk diajak nyilam mencari ikan, camping di anras lebih tepatnya.

Siswa SMA kami yang bernama Anrison, dia memiliki ketinting dan bisa mengoperasikannya, kemudian siswa SMP yang diajak adalah Alex dan Johan. Rencana kami pergi jam 14.00 siang setelah sepulang sekolah. Karena belum makan siang, maka kami hanya sempat menggoreng telur dan makan dengan sambal terasi instant, maklum karena mencari sesuatu yang cepat untuk dimakan. Setelah selesai solat kita segera prepare untuk menyiapkan barang bekal yang akan kita bawa. Peralatan tersebut ada gelas, piring, panci, pisau, ceret, bumbu-bumbu seperti garam, masako, kecap, gula, kopi, minyak gas/minyak tanah, beras, korek api dan lainnya.
Ketinting adalah alat transportasi utama kami di sini
Jam 13.45 empat perahu ketinting sudah diparkir di pinggir sungai di belakang mes sekolah kami, waktu itu kami segera bersiap tentunya dengan pakaian pelampung, hehe. Teriakan suara siswa-siswa kami “Bu, cepetan segera naik ke ketinting !!” ini merupakan perjalanan pertama kami menaiki ketinting, karena sebelumnya kita untuk menuju Long Berang ini naik *Long Boat yaitu perahu kayu yang lebih besar dari ketinting.
Tetap safety dengan pelampung ^ ^
Saatnya petualangan baru dimulai, setiap ketinting diisi 4-5 orang berarti ada sekitar 16-20 orang yang ikut mecari ikan dan perempuan yang ikut hanya 5 orang saja yakni aku, Dwining, Ika, Bu Mari, dan Bu Lia. Perjalanan kami menuju hilir anras yang kita tuju sangat menyenangkan sekali, sensasi naik ketinting perjalanan menyusuri sungai yang jernih dan pemandangan hutan belantara yang hijau, ditambah kami menaiki ketinting milik siswa kami. Mereka begitu pandai menjadi motorist ketinting dan juru batu perjalanan. Sembari berfoto ria mendokumentasikan moment juga menikmati indahnya alam di pedalaman Kalimantan ini.
Jernihnya air di hulu sungai Mentarang
Perjalanan sekitar 15 menit, tiba-tiba perahu kami di pinggirkan begitu aja, dan tiba-tiba dua siswa kami langsung terjun ke air dengan menggunakan senjata penembak ikan. Karena kita diparkir di pinggir jadi aku dan Dwining hanya duduk diatas ketinting sambil menunggu mereka, kemudian aku foto-foto, baru sekejap kita berhenti tau-taunya Alex sudah dapat hasil tangkapan. Begitu keren sekali, mereka adalah penyelam-penyelam hebat di tengan-tengah deras dan jernihnya sungai di Kalimantan. Kemudian perahu kami dipinggirkan ke samping menuju anras.
Hasil tangkapan ikan sungai *Baung dan Pelian
Sambil menunggu anak-anak menyelam, Pak Marthen dan Pak Forret memancing dan berburu, yang perempuan merebus air dan membuat kopi. Kemudian menanak nasi dan membakar hasil tangkapan ikan yang pertama. Ikan yang kami bakar hanya kita bumbui dengan garam dan masako saja, ikan pertama yang kita bakar namanya adalah ikan Pelian. Agak lumayan besar ikan ini, sambil menunggu Pak Eko menjala juga, kita yang perempuan ngobrol dan berfoto-foto di anras. Sekitar jam 16.30 para penyelam sudah kembali datang dengan hasil tangkapan mereka. Semakin penasaran dengan hasil tangkapannya, ternyata benar sekali ikan yang diperoleh sangat besar-besar dan jumlahnya lumayan banyak. Kemudian ikan-ikan itu kita bersihkan dan kita bakar di anras untuk dimakan secara bersama-sama.
Bakar ikan langsung di anras Mentarang Hulu
Moment seperti inilah yang aku suka, bisa berkumpul bersama menyatu dengan masyarakat asli suku Dayak Londayeh, walaupun kita masing-masing berbeda agama, suku dan bahasa namun kita bisa menyatu seperti layaknya saudara. Moment kebersamaan yang sangat menyenangkan, kita ngobrol, bercanda,  dan makan bersama dengan alas daun pisang. Be a great day.
Kebersamaan kami dengan anak suku Dayak Lundayeh
Waktu itu jam udah menunjukkan jam 17.00 namun, ternyata mereka belum puas mencari ikan, untuk itu para penyelam-penyelam hebat siswa kami akan melanjutkan kembali mencari ikan. Sedangkan kami ibu-ibu ditemani Pak Eko Agus kita ngobrol bareng di anras sambil menunggu kepulangan para penyelam pencari ikan. Jam 21.30 ketinting sudah datang kembali dengan membawa hasil tangkapan ikan yang cukup banyak untuk itu kami bersiap untuk kembali ke kampung Long Berang tepatnya di mes sekolah. Waktu itu adalah pengalaman pertama kami naik ketinting pada malam hari, yang hanya diterangi oleh lampu senter, menembus jalan sungai di tengahnya gelapnya hutan belantara Kalimantan, tentunya perjalanan ini menjadi perjalanan yang sangat sensasional dan mengandung banyak cerita petualangan.
Pak Marthen adl Kepala Sekolah kami yg hobi mancing
Sesampainya di mes hasil tangkapan ikan yang diperoleh dibagi ke kami dan kami diberikan 1 ikan baung dan 2 ikan pelian yang besar-besar, Alhamdulillah bisa untuk lauk esok hari. Pokoknya petualangan mencari ikan di sungai waktu itu menjadi peristiwa yang luar biasa bagi kami. Good moment ^ ^.