“Setidaknya
waktu perjalanan ini membuatku lebih mau belajar untuk memaknai kehidupan yang
selalu mengandung kasih dan pesona-Nya”
Perasaan yang sama ketika aku memutuskan
untuk mengikuti langkah pendakian, menguatkan keyakinan bahwa aku mampu dan
bisa menakhlukannya, tapi selalu mendapatkan bayangan-bayangan imajinasi lain
yang membelenggu. Namun aku tutup rapat-rapat bayangan-bayangan itu dan aku harus
pergi untuk menyambangi puncak gunung itu yakni gunung Gede Pangrango.
Hari
pertama Kamis, 10 November 2011
Merupakan start hari dimana aku dan mungkin
ke-11 teman-temanku sudah menyiapkan untuk packing dan berangkat menuju
perjalanan yang telah dinanti-nantikan. Semua rencana, registrasi,
administrasi, keuangan, mental telah disiapkan secara seksama. Pukul 20.20 kita
sudah harus stand by di stasiun rakyat kelas ekonomi di Lempuyangan, kelas
kereta yang selalu jadi pilihan favorit, yang cukup suitable bagi anak-anak petualang seperti kami.
Kulihat dari seberang teman-teman sudah
berkerumun di teras stasiun, ada Ms Bangkit, Ms Jibon, Ms Lukman, Ms Komeng, Ms
Resi, Ms Warih, Deni, Riris, Mb Miphta, Mb Nia,
aku dan Anes yang datang paling akhir. Tentunya membuat kegelisahan hati
temen-temen akibat keterlambatannya. Tapi tak apa mungkin hanya ada kesalahan
teknis kecil, dan tentunya bisa diselesaikan.
Tiba-tiba kereta ekonomi itu menyapaku
dengan jeritan gesekan relnya yang mampu mendesirkan dan memecahkan lamunanku.
Perjalanan kali ini berbeda dengan sebelumnya, biasanya aku naik kereta ke arah
timur, tapi kalau ini ke barat. Semuanya segera memburu tempat duduk, namun
semua
kursi telah terisi padahal di tiket telah tertera nomor kursi. Ms Jibon pun segera menggunakan aji-ajinya untuk menduduki kursi yang memang merupakan kursi nomor kita. Menurutku sudah tidak wajar karena kapasitas kursi duduk untuk 6 orang dipakai untuk 8 orang. But it’s okay memang udah kondisinya seperti itu, kereta penuh berjejal berbagai orang ditambah pedagang SMS (Seneng Melu Sepur) yang tak pernah lelah wira-wiri dari gerbong satu ke gerbong yang lain.he…
kursi telah terisi padahal di tiket telah tertera nomor kursi. Ms Jibon pun segera menggunakan aji-ajinya untuk menduduki kursi yang memang merupakan kursi nomor kita. Menurutku sudah tidak wajar karena kapasitas kursi duduk untuk 6 orang dipakai untuk 8 orang. But it’s okay memang udah kondisinya seperti itu, kereta penuh berjejal berbagai orang ditambah pedagang SMS (Seneng Melu Sepur) yang tak pernah lelah wira-wiri dari gerbong satu ke gerbong yang lain.he…
Gerah, kesemutan, laperr, panas, ngantuk
berkecamuk dalam diri kami masing-masing tapi kita mencoba untuk
mengakumulasikan dengan semangat awal perjalanan kami. Sambil tarik nafas serta
mendengarkan jocke-jocke yang nggak jelas dari temen-temen setidaknya membuat
lama waktu di kereta berkurang. Sabar menunggu sampai turun di stasiun yang
paling akhir yaitu Padalarang.
Hari
kedua Jumat, 11 November 2011
It’s time 5.45 kita sampai di stasiun
Padalarang semuanya turun kemudian sholat subuh di mushola, satu hal yang perlu
diingat toilet yang tertulis Gratis tapi tetep aja kita dipungut biaya.he
maklum… kita segera keluar dari stasiun kemudian jalan melewati keramaian pasar
Padalarang, kita baru sadar kalau bahasa sunda sudah sayup-sayup terdengar
dalam pembicaraan orang-orang di sekeliling. Dengan penampilan tas carrier di
punggung mengalihkan perhatian orang di pasar untuk terpaku melihat rentetan 12
orang berjalan gontai beriringan.he…
Laperr, mungkin semuanya merasakan seperti
itu akhirnya kita mampir di warteg yang setelah kita makan kenyang, harganya
lumayan pas dengan menunya. Jam 8.00 kita segera memburu jalan besar, dalam
keadaan perut kenyang kita jalan kurang lebih 2 Km menunggu Bus jurusan Cianjur
Bogor Via Puncak, akhirnya ada juga kita kaget karena kita harus lari-lari
mengejar bus. Perut mulek-mulek, karena mungkin reaksi perut yang baru mencerna
ditambah jalan naik turun di Padalarang, wuekk untungnya bisa menahan muntah,
kecuali Deni. Lama di bus sudah 2 jam tapi kita belum sampai juga, tapi kita
sudah sampai di Cianjur, namun mulek-mulekku di bus telah diobati dengan
hadirnya seorang pengamen yang berbeda dari yang lain. Tak tau kenapa, mungkin
karena syair yang dibawakan adalah sholawat. Alhamdulillahh…
Jam 10.45 kita sampai di Cibodas, turun dan
naik kol kuning untuk ke TNGP dan kita sampai di Balai TNGP yang sekilas kita
lihat memang sangat bagus. Segera Ms Bangkit dan temen-temen cowok mengurus
registrasi yang kita rasa prosedurnya agak ribet dan lebay. Namun kita harus
memahaminya sambil menunggu diluar akhirnya finish juga.
Waktu yang sangat tepat jam 11.00 tanggal 11
bulan 11 tahun 2011 kita akhirnya sudah ada di TNGP. Temen-temen yang cowok
sholat Jumat, dan cewek ber-5 menunggu di taman. Habis itu ikut mandi, karena
udah seharian gak mandi.he…
Kemudian kita semua segera mencari base camp
pendakian, namun gawat Ms Bangkit agak lupa. Yaachh kita akhirnya jalan kemudian
sebelum tangga pertama kita dihadang tulisan selamat datang di zona konservasi
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Welcome-welcome…
Tulisan peraturan pun dipaparkan jelas
dengan berbagai ketentuan, maklum TNGP memang zona konservasi bagi keseimbangan
ekologis dan hidrologis di Jawa Barat. So, anggapan kita tentang TNGP lebay
memang kurang benar, karena itu merupakan cara yang bagus untuk menjaga
kelestariannya dan kita wajib mentaatinya. Sipp.
Melanjutkan deretan tangga kemudian terlihat
rumah yang sepertinya merupakan base camp pendakian tapi di benak kita kok
terlalu bagus. Karena tidak seperti base camp yang ada di gunung Jawa Tengah
kita saling menyapa dengan orang di sekeliling kita. Surat kelengkapan kita pun
dicek and ditanya kapan kita akan mulai pendakian. Akhirnya kita dianterin ke
rumah Montana yang merupakan base camp pendakian Gunung Gede Pangrango
bentuknya seperti rumah panggung dari kayu dan tentunya terasa lebih hangat.
Mungkin kehangatan itu terasa dari sikap anak-anak Montana yang sangat
ramah.he…
Kita berbenah, foto-foto dan laperr lagi
pingin jajan siomay akhirnya beli tapi pingin cilok juga, haduhh. Emm gigitan
pertama memang menggoda tapi selanjutnya sudah hambar rasanya. Tak tau…
Jam 16.00 kita balik ke Montana Hum’z,
tiba-tiba mas-mas Montana nanyain kita cewek-cewek ber-4 (aku, Riris, Mb Nia,
and Mb Mifta) udah jalan dari mana aja nie. Kita bilang kalau kita belum
kemana-mana, langsung kita diajakin untuk ke air terjun Ciwalen. Langsung tanpa
komentar kita segera mengikuti langkah jejak 3 orang guide Montana yang ramah
abis.
Jalan menuju air terjun Ciwalen kita harus
melewati Kanopi Trail sejenis jembatan gantung yang wonderful banget. Kalau
ngeliat bawah udah berdesir apalagi kalau pas dilewatin goyang-goyang, lumayan
bisa memacu adrenalin. Sayangnya Anes gak ikut, tak tau dia pergi kemana.
Jembatan ini maksimal dilewatin 5 orang jadi harus sabar, nungguin jalan yang
depan.
Wuihh, akhirnya dari jembatan kita lanjut
segera menuju air terjun Ciwalen. Sambil jalan kita diterangin semua vegetasi
yang ada dan tentunya dikonservasi. Memang perlu diakui karena hutan
disekeliling kita merupakan hutan hujan tropis basah yang berlumut hijau karena
lembab dan banyak sumber air. It’s really good.
Diburu jam 17.00, Bang Cole dari tadi cerita
sambil ngambil foto-foto buat kita. Kemudian kita segera berjalan cepat karena
terburu gelap dan kita ditakut-takutin akan hadirnya macan tutul. Hii
menakutkan, kita jalan cepat sambil ngos-ngosan untungnya kita udah sarapan
pakai siomay & cilok yang kenyal. He…
Melewati area taman pemandangannya nan
indah, ketemu Balai LIPI foto lagi.
Langsung sampai Montana Hum’z kita bercerita
dari mana kita, he he Anes pun ada. Yang katanya dia merasa sebel karena just
sendirian and nggak ikut. Yaach sayang,, but tak ape kita punya cerita yang
berbeda…
Sholat ashar, kemudian kita masak bareng,
memang pas kita nyampe di base camp tercium bau gosong, ternyata menanak
nasinya hampir gosong. Untungnya masih bisa diselamatkan. Kita cewek-cewek
masak orekk tempe, mie goreng dan sambel tomat.
Selesai masak langsung dengan jumlah kurang lebih 20 an orang,
bareng-bareng menyantapp habis makannya. Hmm.. enaknyo. Setelah kenyang, sholat
isya ngobrol and jam 21.00 kita tidur di Montana Hum’z yang nyaman. Karena hari
Sabtu besok kita mulai pendakian. Good nigt everyone…
bersambung.....
bersambung.....
Amazing....
BalasHapussaya suka baca cerita petualangannya...
Semangatnya yg tinggi membuat saya pengen juga menaklukkan gunung2 di Indonesia..
Tapi sayang...banyaknya kegiatan dan susahnya mencari teman2 yg mau diajak mendaki, membuat saya hilang semangat untuk mendaki lagi...
Salut dengan kaum hawa nya... tidak kalah dengan para2 kaum adam nya... sekali waktu saya ingin mendaki bareng teman2 disana, insyaalloh kalau berjodoh dan kesampaian. Pengen juga mencoba menaklukkan gunung2 yg dijawa. heeee
@Joejoe: ayo kalau mau gabung mendaki bareng ma kita,he. Rencana februari mau ngadain ke Slamet,,.Wah terimakasih banget udah mau baca cerita petualangannya, thanks banget,he. Semoga mendaki barengnya bisa berjodoh dan jadi kesampaian. Semangad..Salam kenal.he he
Hapus