Mengikuti program SM3T merupakan bagian dari
mimpiku *yaitu merasakan mengajar di daerah pedalaman. Semua itu berawal dari
keinginan kuatku mencoba mendaftar di IM (Indonesia Mengajar angkatan VII) yang
hanya sampai pada tahap Dirrect Assesment II, belum diterimanya di IM tidak
menyurutkan niatku untuk mencoba di plan kedua yakni mendaftar di SM3T yang
berujung pada diterimanya aku dan ditempatkan di Kabupaten Malinau, Kalimantan
Utara. Sebenarnya aku ingin sekali mendapatkan penempatan di NTT, namun apa
boleh buat semua sudah terjadi dan percaya bahwa itu semua adalah pilihan
tempat terbaik buatku.
Prakondisi dimulai dari tanggal 2-12 September
2013 bertempat di AAU Yogyakarta yang tentunya banyak pelajaran hidup yang
dapat diambil terutama cara bertahan untuk tetap survive, disiplin, dan
pengabdian yang tulus. Keseharian kita di AAU bernyanyi dengan syair lagu
seperti dibawah ini:
“Tinggalkan
ayah tinggalkan ibu
Izinkan kita
pergi berjuang
Dibawah
kibaran sang merah putih
Majulah ayo
maju bangsaku
Tidak kembali pulang
Sebelum kita yang menang
Walau rasa rindu tak tertahankan
Demi bangsa ku rela berjuang
Maju ayo maju
ayo terus maju Indonesiaku
Kikis habis
kebodohan demi bangsamu
Wahai kawanku
SM3T dimana engkau berada
Teruskan
perjuangan para pahlawan
Demi bangsa
ku rela berkorban”
Lagu tersebut selalu kita nyanyikan bersama
dengan kompak dan suka ria, namun jika kita nyanyikan ketika waktu
pemberangkatan dari UNY, sepertinya suara kita tak sampai untuk menyanyikannya
dengan lantang, *sedih terasa.
Hari Senin, 16-9-2013 pemberangkatan dari UNY,
kebetulan kabupaten Malinau dibagi menjadi dua kloter, dan aku kebagian
brangkat di kloter 1, dimulai dengan upacara pelepasan di halaman Auditorium
UNY, aku diantar oleh bapak, pakde Tupon, mb Jinem dan Tobing. Semuanya
menyaksikan upacara pelepasan dan melepas kepergianku ke daerah pengabdian.
Tangis haru pecah waktu itu, kita harus segera naik bis dan menuju bandara
Adisucipto Yogyakarta. Waktu itu juga dalam perjalanan menuju bandara isak
tangis masih menyertaiku.
Dari bandara Adisucipto, kita take off jam 10.00
perjalanan menuju bandara Sepinggan Balikpapan, dan ini merupakan *my first flight, ternyata terwujud juga
merasakan naik pesawat. Perjalanan kita tempuh selama kurang lebih 1 jam 20
menit, namun karena ada perbedaan waktu 1 jam kita sampai di bandara Sepinggan
pukul 12.20. Kita hanya transit sebentar, jam 13.00 kita segera prepare untuk
naik pesawat kembali menuju Pulau Tarakan dan perjalanan sekitar 1 jam.
Sampailah kita di bandara Internasional Juwata, Tarakan. Jika dilihat dari
struktur kotanya Tarakan sudah merupakan kota yang lumayan maju, hampir sama
dengan Jogja namun masih sangat sepi, di Tarakan ini kita peserta SM3T nginep
di Paradise Hotel.
Selasa, 17-9-2013 setelah makan siang jam 11.30
kita segera bersiap menuju bandara Juwata Tarakan, untuk menuju ke Kabupaten
Malinau, dan ini merupakan naik pesawat yang ketiga kalinya namun pesawat yang
kita tumpangi pada waktu kali ini agak lebih kecil dan hanya berisi sekitar 45
penumpang. Kita naik pesawat *Kalstara hanya dengan waktu tempuh 20 menit dan
sampailah kita di bandara RA Bessing Malinau. Hawa panas sudah merupakan hal
yang biasa disini, keringat bercucuran dan kita disambut dengan kakak sekaligus
koordinator angkatan SM3T yg ke-2 yaitu ms Umar Mustofa.
Sambil menunggu kedatangan dari pemberangkatan
kloter 2, kita menginap di *Chery Hotel yang lokasinya sangat dekat dengan
bandara RA Bessing Malinau. Kita rehat sebentar dan jam 16.00 ada pertemuan dan
pengarahan dari kakak2 SM3T yang sebelumnya, kita sharing informasi dan
pengalaman2 sampai pukul 21.00. Pertemuan itu menjadi suatu hal yang sangat
berharga bagi kita karena kita sangat butuh pencerahan berbagai informasi.
Rabu, 18-9-2013 ada acara penerimaan siswa SM3T
angkatan III, dan pelepasan siswa SM3T angkatan II waktu itu semua peserta
berkumpul dan dihadiri pula oleh berbagai kepala sekolah di seluruh Kabupaten
Malinau. Setelah acara penerimaan dan pelepasan saatnya pembagian sekolah dan
aku mendapatkan penempatan di daerah Long Berang yaitu di Mentarang Hulu.
Melihat peserta SM3T yang mendapatkan di kota agak iri juga, namun semua itu
pasti ada hikmahnya dibalik penempatan di setiap daerah. Aku harus menerimanya
dengan ikhlas. Perjalanan menuju Long Berang harus ditempuh dengan naik longboat yaitu perahu motor selama 6
jam. Namun waktu itu kepala sekolah dari SMA N 11 Malinau belum hadir, jadi
kita singgah di desa Lidung Kemenci Kecamatan Mentarang terlebih dahulu sambil
menunggu kedatangan dari Kepala Sekolah.
Kamis, 19-9-2013 kita masih singgah di Lidung
Kemenci Kecamatan Mentarang, sambil menunggu kedatangan pak Marten, akhirnya
beliau sampai sekitar pukul 16.30. Di rumah singgah sementara ini berkenalan
dengan anak-anak kecil seusia SD anak asli suku Londayeh Dayak, cukup untuk
menghibur di desa Lidung Kemenci ini. Kebetulan waktu itu kita diundang ke
tempat Bude untuk tahlilan memperingati kematian, habis maghrib kita menuju
tempat bude, dan sekitar pukul 20.30 kita ditelfon untuk segera menuju rumah
Pak Marten. Kita sharing mengenai apa aja yang harus dipersiapkan untuk dibawa
ke Long Berang, kita bertanya macam-macam mengenai kondisi geografis dan
keadaan masyarakat di Long Berang sampai pukul 21.30. Kita akan berangkat ke
Long Berang hari Sabtu, untuk itu kita masih ada waktu untuk belanja berbagai
kebutuhan dan peralatan di Malinau kota.
Jumat, 20-9-2013 aku, Dwining, Ika, dan Joko kita
berempat naik taksi jam 8.00 menuju Malinau Kota, kebetulan pemilik taksi ini
Bang Alex namanya, dia juga sering berangkat tahlilan di tempat Budhe, jadi
setidaknya kita sudah agak kenal. Sehingga untuk naik taksi ini kita tinggal
telephone Bang Alex dan dijemputlah kita di depan rumah. Jangan pernah dikira
kalau taksi di Malinau sama seperti taksi di Jawa, hehe kalau taksi disini
menggunakan kol yang ada baknya kemudian diatas dikasih penutup, kalau taksi
milik Bang Alex adalah mobil *carry warna hijau yang bisa mengangkut kurang
lebih 8 orang, keren sekali pokoknya. Waktu itu kita sudah list daftar barang
kebutuhan dan peralatan yang harus kita beli. kita iuran Rp 500.000 jadi
terkumpul sebanyak Rp 2.000.000. Hanya dengan waktu 2 jam uang kita habis untuk
membeli segala macam kebutuhan, dari beras, telur, minyak, tepung terigu, mie,
peralatan masak, peralatan makan, sampai dengan kasur lantai, *maklum harga barang
di Malinau cukup melambung tinggi dan wajar kalau semuanya mahal.
Untungnya Bang alex ngasih informasi kalau beli
peralatannya di Toko Surabaya yang harganya leih murah dibandingkan yang lain,
setelah selesai belanja bumbu dapur ternyata kita sudah ditunggu untuk diantar
pulang dengan taksi Bang Alex kembali. Perjalanan pulang kembali menuju Lidung
Mentarang Hilir sangat sensational, karena taksi Bang Alex penuh dengan barang
belanjaan, termasuk pakan ternak ayam yang baunya luar biasa sedap campur baur
dengan solar dan keringat manusia, waktu itu merupakan perjalanan yang seru
sekali dengan taksi mobil carry.
Sampailah kita di rumah dengan membawa banyak
sekali barang, mb Puput & mb Desi heran melihat banyaknya barang bawaan kita.
Kemudian kita istirahat sebentar, sore hari sekitar pukul 17.00 kita ke tempat
Budhe untuk bantu-bantu mempersiapkan hajat peringatan 7 hari almarhum,
sekalian kita diundang untuk ikut tahlilan dan yasinan lumayan kita jadi dapat
banyak rizki dari acara hajatan itu. Kebetulan Pak Marten juga ikut hadir dan
memberitahu kita bahwa besok jam 8.00 kita harus siap-siap untuk naik ke Long
Berang, Mentarang Hulu.
Sabtu, 21-9-2013 jam 08.00 kita semua sudah
mandi dan makan nasi kotak yang kita peroleh dari hajatan peringatan 7 hari di
tempat Budhe, namun Pak Marten menghubungi ternyata *longboat yang akan kita
tumpangi naik jam 10.30 tadinya kita sudah siap namun kita bisa bersantai
kembali, dan memanfaatkan moment untuk foto bersama mb Puput & mb Desi
*mereka berdua adalah siswa SM3T angkatan II dari UNDANA, kita sudah seperti
saudara.
Jam 10.30 Pak Marten ke
rumah yang kita singgahi dan memberitahu kita untuk segera bersiap dengan
barang bawaan menuju Pulau Sapi. Untuk menuju lokasi pemberangkatan kita
diangkut dengan menggunakan mobil *Strada Triton menuju tepian sungai di Pulau
Sapi. Melihat begitu lebarnya sungai semakin menggetarkan hati dan timbullah
perasaan was-was dan takut. Kita berempat langsung pasang pelampung, padahal
longboat belum datang juga. Tidak menunggu lama longboat yang akan kitatumpangi
datang juga, kita naik ke Long Berang dijemput oleh Pak Kades Long Berang,
kebetulan Pak Kades ini masih bujang dan di sekolah Long Berang juga mengampu
pelajaran agama Kristen Protestan. Namun orangnya sangat friendly dan ceria.
Saatnya perjalanan naik longboat perahu motor dimulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar