Pendakian gunung Merapi ini bukan berarti
sebagai acara pendakian siapa, yang mengadakan siapa, dan yang tetap jadi
berangkat siapa. Apalah artinya sebuah masalah dan kesalahan, jika keberanian
diri masih ada pada diri dan jiwa masing-masing, semua itu tergantung pada bagaimana kita mau menyikapinya.
Pendakian
Merapi kali ini kita berusaha untuk bisa merubah ketidakjelasan menjadi jelas,
ketidakpastian menjadi pasti, keraguan menjadi sebuah keberanian, membuat rekam
jejak cerita, dan pembuktian diri bahwa
semua bisa menjadi kenangan dan cerita pendakian yang selalu berbeda. Finally,
sampai di puncak Merapi dengan kepuasan kemenangan yang lebih dari biasanya
(Six Fighters: *Papa Jo, Tarom, Dimas, Amin, Anes, mb Gita 3-4 April 2013) With
Theme “Puncak Merapi Berada di Bawah Telapak Kaki Dimas” Hehe ^_^
the six Fighters |
Pendakian
merapi ini sebenarnya merupakan pendakian untuk kedua kalinya bagi momonway,
karena di pendakian ini sejatinya untuk mengantarkan dimas sampai di puncak
Merapi. Kita berenam berangkat dari Jogja pukul 17.00 sore, kemudian sampai di
basecamp New Selo sekitar pukul 19.00 perjalanan menuju basecamp waktu itu
berbeda dengan biasanya karena jalan dipenuhi oleh kabut yang tebal, sedangkan
jalan yang kita lewati adalah jalan eksterm naik turun, tentunya perlu ekstra
hati-hati.
Sesampainya
di basecamp kita cari masjid dulu buat solat Isya’ n Maghrib, kemudian di
masjid itu aku benar-benar *miris, karena disitu ada sekitar 6 anak-anak 1
diantaranya adalah perempuan yang sedang belajar bersama mengerjakan soal
matematika sambil menunggu waktu adzan Isya’. Mirisnya lagi buku yang mereka
gunakan hanya 1 dan digunakan secara bersama-sama, itupun juga merupakan buku
pinjaman dari perpus sekolah mereka. Seketika aku dan Anes ikutan menunggu
adzan Isya’ juga ikut bantu belajar untuk memecahkan soal matematika.
Senengnya, baru kali ini pendakianku dipertemukan dengan kejadian seperti ini.
Anehnya
lagi ketika sudah waktunya adzan Isya’ yang mengumandangkan adzan juga salah
satu dari mereka, begitu juga yang pujian dan setelah diperhatikan yang menjadi
imam sholat juga salah satu dari mereka. Dibenakku pun berpikir kemana
orang-orang tua mereka, kenapa yang memakmurkan masjid justru malah anak-anak,
kenapa yang lain tidak ada?? Pertanyaan besar itupun menggelayuti pikiranku.
Tapi itu adalah realita kebenaran yang ada.
Setelah
makan nasi goreng telur kita berenam segera packing untuk menyiapkan
pemberangkatan pendakian. Kita tenteng tas carrier dan kita mulai pendakian
dengan berdoa. Jalur New Selo dengan nafas pertama kita mulai *berkali-kali
nafas di tanjakkan pertama itu rasanya berat banget, sedikit-sedikit kita
lewati. Jalur pendakian Merapi merupakan vertikal climbing, karena di jalur
pendakian yang kita lewati ngetrack keatas tidak pernah ada jalan bonus datar
maupun turun, hehe.
jalur New Selo |
MLML
menjadi pilihan pendakian kita waktu itu yakni “mlaku leren mlaku leren” hal ini terbukti waktu perjalanan
pendakian menjadi sangat lama namun tidak terlalu melelahkan, sedangkan setelah
gapura selamat datang pendakian Merapi kita ternyata melewati jalur Kartini dan
sebelumnya aku belum pernah melewati jalur ini. Katanya jalur Kartini jalannya
lebih landai dan tidak terlalu vertikal. Namun dari jam 9.00 kita berangkat
mendaki sampai di pos dekat Pasar Bubrah sekitar jam 3.00 pagi. Rasanya sudah
pingin tidur namun dome belum jadi *hoammph.
melewati jalur Kartini dan istirahat sebentar |
Jam
3.30 pagi kita baru tidur dan jam 6.00 kita bangun sholat subuh, namun sayang
sekali pagi itu kita tidak bisa melihat sunrise, huhu. I think, it doesn’t
matter yang penting segera masak kopi, mie dan sarapan. Wah-wah baru pendakian
ini juga ada banyak makanan ada nasi, ayam, sambal, lalapan, roti tawar, susu
wauww padahal kita cuma berenam.
bangun pagi |
Walaupun
Cuma berenam tapi kita bawa 2 dome, bagus kan bentuk dome yang kita dirikan,
dengan background dome dan gunung Merbabu kita mendokumentasikan kenangan dan
cerita pendakian.
very beautifull background |
Dinginnya
pagi itu benar-benar membuat kita untuk malas bangun, rasanya masih pingin
untuk tidur lagi. Setelah kita bangunkan semua, sekitar jam 07.30 kita
bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan untuk menuju puncak. Jalur yang kita
lewati masih berbatu dan masih bervegetasi itu artinya kita baru mau sampai di
*geger baya” capekknya.
tracking menuju geger baya |
Suasana
pagi memang sangat bagus untuk berfoto-foto, di sepanjang perjalanan jalur yang
kita lewati, sering bertemu dengan rombongan bule-bule yang juga sedang
melakukan pendakian. Kita pikir hari Rabu-kamis itu sedikit yang mendaki tapi
ternyata tidak, banyak juga yang sedang melakukan pendakian. *Hello Good
morning mister* begitu sapaku untuk mereka, hehe.
Setelah
mengatur pernafasan sedikit-demi sedikit akhirnya geger baya bisa kita lewati, diatas geger baya ini gunung Merbabu
terlihat hijau dan begitu kokohnya.
semangat untuk tetap sampai puncak Merapi |
Patahan
pundak merapi pun terlihat meliuk dengan gemulainya, pundak merapi ini jika
dilihat dari rumahku yang ada di Bantul sana terlihat sebagai undak-undak
patahan merapi. Foto dulu ahh.
pundak Merapi yang benar-benar meliuk indah |
Nah
hamparan batuan, pasir dan kerikil sudah terlihat luas, welcome to Pasar Bubrah
yang menjadikan ciri khas tempat ini adalah tugu batu memoriamnya dan alat
pengukur gempa vulkanis atau yang biasa disebut sebagai seismograph.
di tugu memoriam at Pasar Bubrah Merapi |
Teringat
pendakianku di tahun 2011 dulu, setelah sampai di pasar Bubrah ini kita
melewati jalur pendakian yang salah, yakni melewati jalur pasir vertikal dengan
kemiringan 60 derajad, kalau diinget-inget sampai berdarah-darah perjuangan
waktu dulu. Untungnya sekarang kita sudah tau jalur menuju puncak yang benar
adalah melewati jalur yang sebelah mana, ternyata melewati jalur pasir yang di
sebelah timur. Jalur pasir yang kita lewati membuat langkah kaki kita kadang
jadi mlorot-mlorot, tapi sedikit demi sedikit bisa kita lampaui juga.
track pasir dengan kemiringan sekitar berapa ya??hihi gak bawa ubneylevel sih |
Masih
dalam perjalanan menuju puncak Merapi akhirnya daripada melewati jalur pasir,
kita lebih memilih melewati jalur yang berbatuan, karena kita pikir tidak licin
dan tidak mlorot-mlorot. Batu-batuan besar di Merapi selalu menjadi pemandangan
yang luar biasa, tak pernah berhenti aku selalu mengucapkan doa-doa minta
keselamatan kepada Alloh dan memuji ciptaannya yang Maha Besar.
melewati jalur bongkahan bebatuan harus ekstra hati-hati |
Mendaki
itu sangat capek, kadang aku dengan Anes sering berpendapat *Nes, sepertinya
kita punya hoby mendaki itu seperti memiliki hoby yang bodoh, kenapa kita lebih
memilih tempat-tempat yang menantang butuh perjuangan, jika kita lebih memilih
untuk tinggal di rumah, tidur di atas kasur empuk dan kenyamanan dengan
ditunjang fasilitas yang serba ada. Tapi memang inilah adventure semua tantangan dan petualangan akan lebih menjadikan
kita untuk lebih mensyukuri hidup.
Setiap
melewati bongkahan-bongkahan batu besar, kita melihat wajah Dimas yang kembali
memucat (*aku berpikiran apakah anak ini nantinya bisa sampai puncak?).
Ternyata pertanyaanku ini benar-benar terjawab dan akhirnya kita bisa sampai di
Puncak Merapi dengan selamat. Kita sampai di bibir kawah yang selalu tertutup
asap dan kabut. Kita berenam bersyukur dan memanjatkan doa kebahagiaan.
sampai di Puncak Merapi |
Maka
untuk tema kali ini benar-benar *Puncak Merapi berada di bawah Telapak Kaki
Dimas* hehe.
Namun Puncak Merapi sedang berkabut huhu |
Pendakianku
yang kedua di Merapi ini walaupun pernah di tempat yang sama namun memiliki
cerita yang berbeda di setiap pendakiannya. Walaupun capek tapi kita punya
kepuasan tersendiri.
momonway is aminfitriyah |
Setelah
sudah lama berada di puncak Merapi, kita berenam memutuskan untuk segera turun
dari puncak, ya beginilah pendakian setelah sampai puncak pun kita harus turun
kembali. Untuk turun kita harus lebih ekstra hati-hati agar tumpuan batuan yang
kita injak tidak membuat kaki kita tergelincir ke bawah.
Moment
yang paling menyenangkan ketika turun adalah ketika melewati jalur pasir,
rasanya seperti *sandskating* berselancar di pasir haha, kita semua turun
dengan tertawa bahagia seperti anak-anak kecil, tapi itulah kebahagiaan.
makan ayam bakar di gunung |
Sampai
di dome kita makan ayam bakar yang
dibakar dengan gas, hmm enak karena lapar. Baru kita menikmati makan siang ayam
bakar plus sambal, gerimis datang dan mengguyur rintik-rintik. Semakin lama
guyuran itu semakin deras, alhasil kita belum siapp packing dan akhirnya dalam
kondisi barang-barang kita basah dan secara asal-asalan semua dimasukkan ke
carrier gak tau itu barang bawaan siapa yang penting semua masuk.
Berangkat
dengan beban berat dan turun pun dengan beban yang lebih berat karena barang
bawaan semakin banyak dan basah, jam 12.00 siang kita turun, dan jam 16.30 kita
sampai di New Selo.
Itulah
cerita pendakianku pada waktu itu di gunung Vulkanis yang paling aktif di dunia
yaitu *M-E-R-A-P-I*.
Sekian
^ ^
Selamat
berjumpa dengan cerita perjalananku selanjutnya, thanks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar