Hari
Sabtu, 25 Agustus 2012 masih dalam kondisi liburan lebaran Idul Fitri, kami
pemuda Panjang ngadain wisata ke Dieng. Sebenarnya sebelumnya aku udah pernah
ke tempat ini, namun aku yakin sesuatu akan menjadi berbeda dan suasana yang
berbeda ketika kita bersama teman-teman yang berbeda, walaupun tempat dan objek
wisata yang sama.
Pukul
11.45 kita telah sampai di retribusi paket wisata Dieng, karena retribusi ini
kita langsung bisa mengunjungi 3 objek yaitu Telaga Warna, Kawah Sikidang, dan
Candi Dieng dalam satu tiket masuk. Merupakan cara yang tidak ribet agar tidak
usah bolak-balik beli tiket masuk tentunya. Setibanya di Dieng, aku agak
terheran dengan lingkungannya, kenapa Dieng jadi tidak dingin lagi, tanahnya
kering berdebu, dan sampah-sampah plastik bertebaran dimana-mana, apalagi
sampah masker. Sebenarnya aku sedang merindukan suasana Dieng seperti dulu,
ketika aku pertama berkunjung di tahun 2008. Kemudian aku tersadar, mungkin
suasana Dieng sekarang karena dipengaruhi kemarau yang panjang, sehingga tanah
yang seharusnya hitam lembab jadi berubah cokelat dan kering.
Objek
pertama yang akan kita masuki adalah Telaga Warna, telaga yang memiliki pesona
beragam warna, konon kata Dosen Pak Hadori, perbedaan warna air telaga yang
beragam karena dipengaruhi adanya suhu panas bumi sehingga air ada yang
berwarna abu-abu, kemudian pengaruh tumbuhnya lumut yang mengakibatkan warna
telaga menjadi hijau, kemudian warna telaga yang biru akibat pengaruh pantulan
dari langit. Perbedaan kenampakan Telaga Warna yang sekarang, debit airnya
sangat sedikit sehingga pesona Telaga Warna sudah tak seindah dulu.
Baru
waktu itu aku merasakan suasana panas berkeringat padahal secara geografis aku
berada di dataran tinggi Dieng, aneh memang tapi itu adalah kenyataan. Waktu
itu banyak sekali wisatawan yang datang terutama wisatawan domestik yang
mendominasi.
Tentunya
dengan banyaknya pengunjung yang datang untuk foto-foto saja harus sabar antri.
Kemudian setelah foto-foto aku sholat di mushola kecil di Telaga Warna ini, ada
yang tidak berubah sepertinya, yaitu ari wudlu yang masih begitu dingin tidak
seperti panas matahari yang menyengat waktu itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar