Rabu,
12-2-2014, sepulang dari sekolah seperti biasa kami masak lalu makan siang.
Kemudian kita diajak oleh teman-teman guru SMP untuk mencari sayuran pakis di
hulu sungai Puruh. Biasanya setelah jam makan siang kita tidur siang, lumayan
karena ada yang mengajak mencari sayuran pakis membuat jiwa kami bersemangat
kembali, setidaknya ada hiburan aktivitas kegiatan di luar kebiasaan.
Untuk
menuju hulu sungai Puruh ini harus menggunakan perahu ketinting, sehingga jam
14.00 siang kita sudah siap untuk berangkat. Sebenarnya jumlah penumpang normal
untuk 1 ketinting adalah 4 orang maksimal. Namun kali ini 1 ketinting kita
gunakan untuk 9 orang (aku, kak Dwi, Bu Mar, Bu Mer, Bu Lia, Bu Yumnas, Pak
Eko, Pak Ber, dan Pak Andian sebagai motorisnya). Benar-benar menyalahi aturan
pelayaran lalu lintas sungai, mungkin jika ada polisi lalu lintas sungai, kita
benar-benar bisa ditilang, haha…. Tapi ini kan di pedalaman sungai Kalimantan,
jadi tidak ada yang peduli sama sekali dengan keberadaan kita, namun masing-masing
dari kami tetap waspada dengan keselamatan diri masing-masing.
Kebetulan
air sungai debitnya agak kecil sehingga ketika masuk di jalur sungai Puruh
perahu ketinting seperti terasa sedang menabrak batu. Perasaan was-was bikin
jantung deg-degan juga walaupun katanya sungai ini dangkal, jika perahu karam
kita yang tidak pandai berenang ini pasti ketakutan setengah mati, hehe.
Alhamdulillah setelah selang beberapa menit perjalanan dan melewati giram-giram
batu akhirnya kita sampai di ladang pakis hutan. Sebelumnya agak penasaran juga
seperti apa bentuk tanaman pakis yang dapat kita makan. Setelah melihat contoh
beberapa pucuk pakis yang dipetik oleh Bu Mar dan Bu Mer akhirnya kita bisa
memetik pakis.
Hari
itu sangat panas, untungnya aku dipinjami Bu Mer sawung kalau di Jawa mirip
dengan *caping sebagai topi penutup kepala. Sehingga sedikit mengurangi
sengatan cahaya terik matahari. Ketika mengambil pakis pun harus ekstra
hati-hati karena penuh dengan semak belukar dan adanya hewan penghisap darah
*pacet yang menggelikan. Setelah berhasil mengambil beberapa pakis kemudian
kita memutuskan untuk istirahat di pondok gubuk seseorang. Kebetulan kita juga
menemukan buah jeruk kebun yang jatuh dari pohon, lumayan dapat kita makan
bersama dan rasanya cukup manis, hmmm.
Tiba-tiba
kita dikejutkan dengan suara histeris Bu Mer dan ternyata kakinya digigit pacet
penghisap darah, lantas semuanya ikut lari menjerit ketakutan, hehe. Habis itu
kita tertawa bersama menertawai ketakutan masing-masing karena hewan kecil satu
itu. Jam sudah menunjukkan pukul 15.00 kemudian kita mau mencari rebung, tapi
kita tidak bisa mengambilnya, lantas kita langsung kembali menuju tepian sungai
sambil menunggu kepulangan Pak Ber, Pak Eko dan Pak Andian.
Sambil
menunggu kedatangan mereka memancing, kita bermain air di pinggir anras sambil
foto bersama. Sudah hampir setengah jam kita menunggu tapi mereka tak kunjung
datang juga. Kemudian kita berjalan menyusuri anras jalan ke hulu, dan
muncullah perahu ketinting yang kita tunggu. Lalu kita segera kembali dan naik
perahu lagi. Namun untuk melalui giram-giram berbatu kita harus turun dari
perahu karena muatan penumpang terlalu banyak. But it’s okay….
Kemudian
setelah yang perempuan berhasil memetik pakis, dan yang laki-laki berhasil
memancing beberapa ekor ikan kemudian kita bersembilan melanjutkan perjalanan
pulang menuju mes dengan penuh keceriaan. Hal ini merupakan pengalaman kami
yang luar biasa, kebersamaan yang indah tentunya. Kebersamaan di perjalanan
perahu ketinting bersembilan orang, mungkin alat transportasi ini tidak pernah
kami gunakan, jika kami tidak mengikuti program 1 tahun mengajar di daerah
pedalaman Kalimantan seperti ini.
Semoga aku selalu bisa
mensyukuri nikmat-Mu ya Rabb, atas kesempatan luar biasa yang selalu engkau
berikan kepadaku. *Tetap menguatkan mimpi untuk bisa mengelilingi pulau-pulau
di Indonesia. I will go to around the archipelago of Indonesia, *Bismillah…. ^
^.