Rabu, 26 Oktober 2011

Jejak Memori: Pundong pernah bersholawat dengan Habib Syech


Sedikit cerita aja, Alhamdulillah pada hari Selasa, 26 Oktober 2011 acara Pundong bersholawat berjalan dengan lancar dan sukses. Yaa tentu saja berkat kerja keras panitia, salutt pokoknya.

Teringat ketika pertama kalinya aku mengikuti Jamaah Ahbabul Mustofa yakni di PonPes Al Munawwir Krapyak tanggal 27 Mei 2009, sekitar 2 tahun yang lalu. Aku, Uun, Anis, Mb Watik, Dewik punya mimpi dan pertanyaan besar, kapan yaa kira-kira Habib Syech di Panjangrejo? Mungkin itu hanya sebuah imajinasi mimpi aja. He…


Namun mimpi tersebut telah terwujud sekarang dan pertanyaan besar pun telah terjawab dengan dibuktikannya dengan malam itu juga Pundong bersholawat bersama Habib Syech. Karena tempat transit dan istirahat Habib Syech di “Bebek Goreng pak Kabul”, so sepulang sholawat aku ingin salim and foto-foto. Dengan menyetting rencana matang aku ingin sekali foto dengan Habib. Yaa karena menunggu diluar akhirnya dapet fotonya Cuma dengan mobilnya. Hikkss tapi tak apalah…

 Foto-foto dengan Tobing aja…


Tapi Alhamdulillah, setidaknya bisa minta doa and salim dengan beliau. Mungkin kesempatan untuk bisa foto ada dilain waktu. Tapi aku agak iri dengan Bapakku yang bisa foto dengan Habib di sampingnya lagi.

Hiks…never mind.

Kamis, 20 Oktober 2011

Menguak Seuntai Puisi


Setidaknya mengenang dan membaca kembali diary kecilku di masa SMP menyebabkan diriku harus membaca puisimu yang masih tersimpan...Momen yang aneh bila dikenangkan...di umurku yang masih 15 tahun, di masa yang sudah berlalu.



RUPA-RUPA SEMU

Kala kilau terbias dari wajah diam yang terbentang
Pesona beribu warna mengundang arti
Mata-mata semu terlelap menatap
Imaji melayang bak puisi-puisi mimpi
Yang terbijak lantang berdendang

Rupa-Rupa semu…
Selami hati dengan budi
Ranting patah dihati mati
Nan kering di tanah
Hilang badan terjebak oleh imaji-imaji mimpi
Rupa-rupa semu…
(Puisi from Albert to Qiamyna at Friday, 4 Maret 2005)

Merah temaram nanar
Seakan ingin menyeruak
Diantara kekeringan pekat
Kubaringkan angan diatas permadani
Bersulam mimpi
Begitu lelah
Tampak di wajah malam
(Puisi from Albert to Qiamyna at 6 Maret 2005)



DEWI MALAM

Malam berkabut di puncak Turgo
Sang Dewi malam enggan melantunkan tembang-tembang sunyi
Pekat serasa menyelimuti relung imaji
Pun celoteh malam kian lirih
Mengiringi tarian resah
Sang jiwa mati
(Puisi from Albert to Qiamyna at 13 Maret 2005, Puncak Turgo Kaliurang 00.25)


Santunmu…
Adalah lantunan perkusi yang menyapa
Irama-irama mantranya yang melagu
Meninabobokan jiwa yang gundah
Tapi…
Mengapa sang pelantun mesti bersembunyi
Dibalik kesunyian

Ketika malam berharap pelangi
Tuk sanding bulan
Mungkin…
Aku bagai memintal buih
Menjadi permadani
(Puisi from Albert to Qiamyna at 28 Maret 2005)



NYANYIAN HATI

Bukanlah matahari atau indahnya purnama
Bukan pula gerhana ataupun tajamnya pedang
Resah, gundah, kerinduan
Tiada lain hanya alunan-alunan imaji dalam diri
Yang ingin kuterbangkan bersama angin
Hingga merasuk ke relung-relung istana hati

Namun andai itu tiada arti
Cukuplah bijak dengan sedikit senyum
Dan lambaian tangan
Tutuplah rapat-rapat
Pintu dan jendela istana hatimu
Biarlah sang waktu yang akan menggiring mimpi-mimpi ini
Dengan tembang-tembang sunyi
(Puisi from Albert to Qiamyna at 28 Maret 2005)

Senin, 17 Oktober 2011

Kebersamaan Ruang Hati dengan Teman-Teman Meca Rica

Tidak tau kenapa aku ingin share untuk menuliskannya, mungkin aku anggap ini moment yang menyenangkan. Setelah acara Makrab Geografi 2011 di Kaliurang selesai out bond, kami anak-anak geografi 08, segera pulang. Rencana waktu itu katanya anak-anak Meca Rica mau mampir ke simbah Imanul, tepatnya hari Minggu, 16 Oktober 2011 karena minggu sore itu aku harus TPA aku bilang ma JO kalau langsung pulang aja.

Sesampai di persimpangan jalan Kaliurang ke arah Pakem itu, dengan seksama aku langsung bilang ke JO, ikut belok mampir ke simbah Imanul aj JO!!! Langsung aja dia banting setir mengikuti perintahku. “Kamu memang crazy og min”, Kata Jo. Hah ha… gak tau kenapa sampai sekarang aku tu masih plin-plan, yang kata dimas, masih seperti anak SMA.

Akhirnya beberapa orang mampir ke simbah Imanul, kalau diinget-inget ada Pak Taka, Zein, Dimas, Imanul, Gogon, Dono, Jo, Puron, Tarom, Wawan, Rohmad, Simes, Aku, Anes, dan Icha. Tadinya Adi ma Umam juga ada, tapi pulang karena suatu hal. Never mind…

Ternyata simbah Inul sudah menyiapkan banyak ikan yang sudah digoreng, tapi anak-anak minta di bakar yaach, terutama Dimas yang banyak request. Akhirnya kita yang bakar sebenarnya seneng juga, nyiapin anglo, areng, bakar bersama. Untungnya aku ikut mampir, coba kalau enggak bakal ketinggalan moment ini tentunya.

Semua ikan sudah matang terbakar, tentu saja dengan aroma yang

Minggu, 09 Oktober 2011

Pendakian Gunung Merbabu (3142 m dpal) Th 2009

(Sekedar menuliskan jejak memori yang masih terekam....) 

Pendakian pertama momon di Gunung Merbabu (3142 m dpal) 
Masih agak ingat dan banyakan lupa, kalo gak salah pada tanggal 22 Maret 2009, waktu itu bidang MiBa HMPG ngadain expedisi mendaki ke merbabu. Ya, karena belum pernah naik gunung jadi, aku memutuskan untuk ikut, katanya medan pendakian Gunung Merbabu tidak terlalu berat sehingga cocok bagi pendaki pemula kayak aku.

Gunung Merbabu memiliki panorama yang sangat indah, sama seperti pemandangan gunung-gunung yang lainnya. Walaupun gunung ini sudah tidak aktif lagi namun sebagai pendaki harus memperhatikan potensi bahaya yang ada ketika mau mendaki. Seperti halnya udara dingin, kabut tebal, serta ketiadaan sumber air, apalagi waktu itu baru musim penghujan sehingga harus ekstra hati-hati.

Waktu itu merupakan pendakian massal sehingga kebetulan yang ikut mendaki banyak banget, untuk itu kita juga dibagi kedalam kelompok-kelompok. Setelah tiba di basecamp start pemberangkatan pendakian diberitahukan bahwa pendakian akan melewati Jalur Selo. Yaitu dimulai dari

Rabu, 05 Oktober 2011

Jejak Perjalanan Escarpment di Sand Dunes Gumuk Pasir Parangtritis

Tahun 2008, awal menjadi Mahasiswa Baru di jurusan Pendidikan Geografi ada pengumuman, bahwa Maba Geografi wajib mengikuti Escarpment. Yaa...dari kemelut pikiran kami, penuh bertanya-tanya apa itu Escarpment? Apa rangkaian acaranya? Terus kenapa wajib?

Setelah mengikuti pembekalan-pembekalan dan TM setidaknya tau juga apa itu escarpmet, dengan barang-barang yang harus dibawa. Waktu itu aku masih ingat kelompok Escarpmentku dulu namanya "Karst" kelompoknya terdiri dari aku, Dimas, Inayah, Dita, Suci, Pak Taka, Riang, Cendekia, Edi and yang lainnya aku udah tak ingat sapa lagi. Medan yang kita lewatin yaitu Baturagung Range dan Gunung Sewu,, huuhh capeknya. Dapet plonco juga, he he lumayan berkesan. he h...

Tahun 2009, yaa...karena  waktu itu momon jadi Kabid PPO HMPG sehingga aku ikut menjadi panitia Escarpment. Nah di tahun 2009 bentuk jalur lintasannya dirubah, yang tadinya susur bukit dan gunung dirubah menjadi

Terselip Kebahagiaan di Beranda Rumah Sakit

Tiba-tiba aku berada di depan RS PKU Muhammadiyah Bantul, datang-pergi bolak-balik karena aku nungguin Musa. Mm...karena tidak boleh masuk ke kamar bayi jadi aku hanya stand di kursi tamu. Waktu itu, aku melihat betapa indahnya kehangatan sebuah keluarga.

Disebelahku yang juga sedang menunggu cucunya untuk segera di bawa pulang ke rumah. Aku melihat semburat di wajah mereka bersinar bahagia... Ayah & Ibu yang segera mengajak pulang bayi mereka. Aku juga sempat mengobrol dengan keluarga mereka. Keluarga yang sederhana pasti, terlihat dari bahasa mereka, barang bawaan yang mereka bawa, pisang dan makanan yang sangat banyak. Mengenakan pakaian yang biasa, tapi itulah kenyataan kebahagiaan.

Apalah arti hidup jika takut dengan kenyataan dan terbelenggu oleh kebutaan gengsi. Malahh, salah satu dari keluarga mereka ada yang menjenguk dengan hanya naik sepeda Onthel. Padahal katanya jaraknya jauh dari rumahnya. Tapi menurutku bapak yang datang dengan bersepeda tadi datang dengan simpul kebahagiaan cinta yang tulus, yang menggunakan sepeda dengan ikhlas tanpa embel-embel bergaya untuk mengikuti Fun Bike...Tapi datang dengan kayuhan sepeda yang penuh cinta dan pengorbanan.

Aku pikir itulah kebahagiaan di waktu itu, aku yang sedang duduk di sisi mereka pun ikut merasakannya...

Dan aku berdoa, mudah-mudahan Musa juga cepet sembuh dan bisa dibawa pulang ke rumah. amien ya Rabb...